Rabu, 29 Mei 2013

Bersungguh- sungguh dalam Beramal

[Mutiara Salaf] Imam Mutharif bin ‘Abdullah bin asy-Syikhir Rahimahullaah dalam Tarikh Dimasyqi mengatakan,
“Saudaraku, Sungguh- sungguhlah beramal. Apabila kelak kita mendapatkan Rahmat dan Ampunan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala Seperti yang kita harapkan, maka kita akan mendapatkan derajat yang tinggi di Surga. Apabila kelak urusannya sangat berat, sebagaimana yang kita takutkan dan hindari, kita tidak akan mengatakan ungkapan penyesalan orang kafir –sebagaimana yang Allah Subhaanahu Wa Ta'ala firmankan:
“Ya Rabb kami, keluarkanlah kami (dari Neraka ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal yang Shalih, tidak sebagaimana yang telah kami kerjakan” (Q.S. Faathir: 37)
Namun kita akan katakan, “Ya Allah, kami telah beramal, tetapi tidak bermanfaat bagi kami”
(Tarikh Dimasyqi karya al-Hafizh Ibnu Asakir Rahimahullah (Wafat th. 571H). Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Tarikh Dimasyqi ini terdiri dari 800 juz dan setiap juz terdiri dari 20 lembar, sehingga jumlah keseluruhannya mencapai 16.000 lembar. Maasya Allah). #BBM-T#

Minggu, 19 Mei 2013

Larangan Menyambung Rambut dan Kewajiban Taat Kepada Allah dan Rasulullah

Suatu ketika datang seorang wanita kepada ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu 'Anhu ia berkata, “Aku diberi kabar bahwa engkau melarang wanita menyambung rambut?”
‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Benar”.
Wanita itu berkata, “Apakah larangan itu ada salam Kitabullah, atau engkau dengar langsung dari Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam?”
‘Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu 'Anhu menjawab, “Larangan itu ada dalam Kitabullah dan sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam!”.
Wanita tersebut berkata lagi, “Demi Allah, aku telah membaca mush-haf Al-Qur’an dari awal hingga akhir tetapi aku tidak mendapatkan larangan itu”.
Ibnu Mas’ud berkata, “Bukankah ada di dalam ayat: “..Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras siksaan-Nya”. (QS. Al- Hasyr: 7).
Wanita itu menjawab, “Ya”.
Selanjutnya Ibnu Mas’ud berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam melarang (dalam lafazh lain: melaknat) mencabut bulu dahi, mengikir gigi, menyambung rambut, dan mencacah (mentato) kecuali karena sakit”.
(HSR. al-Bukhari (No. 4886), Muslim (No. 2125 (120)), Ahmad (No. 3945), tahqiq Ahmad Syakir, Abu Dawud (No. 4169), Ibnu Baththah Fil Ibaanah (I/ 236 No. 68), dan al- Ajurri dalam asy- Syari’ah (I/ 420- 422) No. 103- 104, dan ini adalah lafazh Ahmad). #bbm-T#

Minggu, 12 Mei 2013

DO'A MEMOHON KEPADA ALLAH AGAR ILMU KITA BERMANFAAT:

Dari Ummu Salamah Radhiallaahu ‘anha, Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam tatkala usai salam dari sholat shubuh membaca do’a:
ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA ‘ILMAN NAAFI’AA WA RIZQON THOYYIBAA WA ‘AMALAN MUTAQOBBALAA ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima’ (HR. Ibnu Majah 925, Ahmad 57/ 393, dishahihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 1/ 152)
MAKNA DO’A: 1. ‘Ilman Naafi’aa yakni ilmu yang bermanfaat bagiku dan bisa memberikan manfaat kepada orang lain. 2. Wa Rizqon Thoyyibaa yakni rezeki yang halal 3. Wa ‘Amalan Mutaqobbalaa yakni amalan yang diterima di sisi-Mu, sehingga Engkau memberikan pahala kepadaku dengan pahala yang banyak. (Syarah Hisnul Muslim) BEBERAPA FAEDAH:
Imam Ibnu Rajab al- Hambali Rahimahullah berkata: ‘ILMU YANG BERMANFAAT ADALAH ILMU YANG MASUK DAN MENETAP KE DALAM RELUNG HATI MANUSIA, YANG KEMUDIAN MELAHIRKAN RASA TENANG, TAKUT, TUNDUK, MERENDAHKAN DAN MENGAKUI KELEMAHAN DIRI DI HADAPAN ALLAH’. (al-Khusyuu’ Fish Sholaah 16)
Semoga Allah meridhoi dan merahmati shahabat yang mulia,
Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu ‘anhu, yang berkata: ‘BUKANLAH ILMU ITU HANYA DENGAN BANYAK MENGHAFAL HADITS, AKAN TETAPI ILMU IALAH (YANG BERMANFAAT DAN MENIMBULKAN) BESARNYA RASA TAKUT KEPADA ALLAH’. (Tafsir Ibnu Katsir 3/ 729) #bbm-T#

Minggu, 05 Mei 2013

Satu Waktu yang Utama di Hari Jum'at

Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang muslim melakukan sholat di dalamnya, dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan”. Lalu beliau Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam memberi isyarat dengan tangannya, yang menunjukkan sedikitnya waktu itu”. (HR. al-Bukhari No. 9300, dan Muslim No. 852).
Waktu itu batasnya adalah sampai dengan ‘Ashar dan inilah pendapat jumhur ulama yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Kitabnya, Zaadul Ma’aad Fii Hadyi Khairil ‘Ibaad I/ 389,- 394, berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiallaahu 'Anhu, dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda,
“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu- waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka carilah di akhir waktu tersebut, yaitu setelah ‘Ashar”. (HR. Abu Dawud No. 1048, an- Nasa-i dalam Sunannya, III/ 99-100, dan al- Hakim dalam al- Mustadrak, I/ 279). #sms-T#

Keutamaan Mengajak Kepada Petunjuk Kebaikan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'Anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, niscaya ia akan mendapat pahala sebagaimana orang yang mengikutinya tanpa dikurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, niscaya ia akan mendapat dosa sebagaimana orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dosa mereka sedikitpun”.
Shahiih, Diriwayatkan oleh Muslim (No. 2674), Ibnu Majah (No. 194), at- Tirmidzi (No. 2674), ad- Darimi (No. I/ 31), Ahmad (No. II/ 397), al- Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. I/ 232, al- Haitsami dalam Majma’ az- Zawaaid (No. I/ 168), an- Nawawi dalam al- Adzkar (No. 278), al- Mundziri dalam at- Targhiib (No. I/ 120), dan at- Tibriizi dalam al- Misykaah (No. 158). #BBM-T#