Keutamaan Silaturahmi
Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”.
Shahih, Diriwayatkan oleh Bukhori No. 5986, dan Muslim No. 2557 (21), dari shahabat Anas bin Malik Radhialloohu ‘anhu.
Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari Radhialloohu ‘anhu, bahwasanya ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, “Wahai Rasululloh, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkanku ke dalam Surga dan menjauhkanku dari Neraka,” Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menyambung Silaturahmi”.
Shahih, Diriwayatkan oleh al-Bukhori No. 1396, Muslim No. 13.
Sumber: Wasiat Nabi kepada Abu Dzarr al-Ghifari Radhiallohu 'anhu, Hal. 68-70. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka at-Taqwa.
Imam Ibnu Manzhur Rahimahulloh berkata tentang Silaturahmi, “al-Imam Ibnul Atsir Rahimahulloh berkata,
“Silaturahmi adalah ungkapan mengenai PERBUATAN BAIK KEPADA KARIB KERABAT KARENA HUBUNGAN SENASAB ATAU PERKAWINAN, berlemah lembut kepada mereka, menyayangi mereka, memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga kita harus berbuat baik kepada mereka meskipun mereka jauh dan mereka berbuat jahat kepada kita. Sedangkan yang dimaksud dengan memutus Silaturahmi adalah lawan dari hal itu semua.
(Lisaanul ‘Arab (XV/ 318) Asalnya beliau menukil dari an-Nihayah Fii Ghariibil Hadiits (V/ 191-192).
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
“Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya apabila diputus”.
Shahih, Diriwayatkan oleh al-Bukhori No. 5991, Abu Dawud No. 1697, dan at-Tirmidzi No. 1908, dari Shahabat ‘Abdulloh bin ‘Amr Radhiallohu 'anhuma.
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang berbuat jahat (memusuhi) kepada kita”.
Shahih, Diriwayatkan oleh al-Humaidi No. 328, Ibnu Khuzaimah No. 2386, dan al-Hakim (I/ 406) dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin Abi Mu’ath Radhiallohu 'anha. Lihat Irwaa-ul Ghaliil No. 892.
Sumber: Wasiat Nabi kepada Abu Dzarr al-Ghifari Radhiallohu 'anhu, Hal. 51-53. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka at-Taqwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar