>> Hadits Shahiih Yang Disalahpahami. [Resume]
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِ
Pembahasan Hadits kedua:
“Seseorang dari kalian tidak akan masuk Surga dengan amalnya”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu, Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Amal seorang hamba dari kalian tidak akan memasukkannya ke Surga”.
Atau beliau bersabda,
“Seseorang dari kalian tidak akan masuk ke Surga dengan amalnya”, Para Shahabat bertanya, “Tidak juga engkau, Wahai Rasululloh?” Beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali bila Alloh melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepadaku”.
Shahiih, Diriwayatkan oleh: al- Bukhori (al- Mardha/ 5673/ Fath) dan Muslim (Shifah al- Qiyamah/ 2816/ Abdul Baqi).
SEBAGIAN ORANG MEMAHAMI HADITS INI SECARA TERBALIK, KARENA MEREKA MENINGGALKAN AMAL DAN MEREMEHKAN IBADAH, HINGGA MENYEBABKAN MEREKA TIDAK DAPAT MASUK SURGA!!”.
Jika engkau mengajaknya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, maka ia berkata, “Masalahnya bukan masalah amal, dan tidak ada seorangpun yang masuk Surga dengan amalnya. Seperti agama ini tidak dinilai dari zhahirnya, bahkan tidak pula dengan sholat, puasa dan selainnya. Sesungguhnya kita semua adalah umat Nabi Muhammad. Kita akan masuk Surga dengan karunia dan rahmat- Nya, kemudian dengan syafaat Nabi- Nya. Bukan dengan amal perbuatan!”.
Penulis berkata:
Bagaimana Jadinya jika memahami hadits ini dengan pemahaman yang rusak, terbalik, dan ilmu dusta ini?! Lalu untuk apa ketaatan dan untuk apa beramal?! Jika memang demikian, lalu apa makna dari firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala,
“Dan orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal- amal yang shalih, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni- penghuni Surga, mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai- sungai dan mereka berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah menunjuki kami kepada (Surga) ini. Dan kami sekali- kali tidak akan mendapat petunjuk jika Alloh tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul- rasul Rabb kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka, “Itulah Surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”.” (QS. Al- A’raf: 42- 43).
DENGAN APAKAH MEREKA MASUK SURGA? “..DENGAN APA YANG KALIAN KERJAKAN”.
Apakah ada pertentangan antara ayat Al- Qur’an dengan Hadits? Di mana ayat menjelaskan bahwa masuk Surga itu berdasarkan amal, sementara hadits menafikan hal itu. Jawabannya: Tidak, bagi siapa yang memahami duduk permasalahannya.
Ayat ini berbicara tentang sebab, sedangkan hadits berbicara tentang masalah setelah sebab sehingga tidak boleh dijadikan sebagai sandaran, bahkan keduanya saling melengkapi. ENGKAU HARUS BERPEGANG PADA SEBAB, DAN BERSANDAR PADA RABB PEMILIK SEBAB. JIKA SEBAB DITINGGALKAN, MAKA ENGKAU BERMAKSIYAT. JIKA ENGKAU ENGKAU BERSANDAR PADA SEBAB, ENGKAU JATUH DALAM KEMUSYRIKAN. KARENANYA, ULAMA MENGATAKAN, “BERPEGANG PADA SEBAB HUKUMNYA WAJIB DAN MENINGGALKANNYA ADALAH KEMAKSYIATAN , SEDANGKAN BERSANDAR PADANYA ADALAH KEMUSYRIKAN”.
Ayat itu menyebutkan tentang sebab, sedangkan hadits mengajak anda untuk yakin kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, bukan kepada sebab. Karena sebab tidak bermanfaat dengan sendirinya. Anda minum obat, tapi mengharap kesembuhan dari Alloh. Atau anda makan dan minum, maka bukan air yang menghilangkan dahaga, bukan pula makanan yang mengenyangkan, dan bukan pula obat yang dengan sendirinya menyembuhkan. Semua itu hanyalah sebab, dan di balik sebab, ada Rabb Pemilik sebab yang mencegah api membakar Ibrahim ‘Alaihis Salam. Jika tidak, maka api membakarnya. Dia mencegah pisau menyembelih Ismail ‘Alaihis Salam, Jika tidak maka pisau itu akan menyembelihnya. Demikian pula Dia mencegah air mengalir dan membawa Musa ‘Alaihis Salam, jika tidak, maka tabiat air adalah mengalir.
Sebab semata tidak dapat berfungsi sedikitpun. Segala urusan itu hanyalah milik Alloh Ta’ala. Dia memerintahkan kita agar berpegang pada sebab sebagai Sunnatulloh yang terus berjalan, yang berbeda dengan perkara- perkara luar biasa seperti mukjizat dan karomah. Di samping berpegang pada sebab, kita bersandar pada Rabb Pemilik sebab.
Sebab- sebab itu tidak dapat mengantarkan kepada tujuan dengan sendirinya, tapi dengan karunia Rabb-nya. Karena itu ayat ini datang untuk menyebutkan aspek sebab:
“Dan diserukan kepada mereka, ‘Itulah Surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan APA YANG DAHULU KAMU KERJAKAN”.” (QS. Al- A’raf: 43).
Kemudian datang hadits yang memberikan nilai keimanan agar yakin kepada Alloh Ta’ala semata, bukan kepada sebab, lewat Sabda Nabi,
“Seseorang dari kalian tidak akan masuk Surga dengan amalnya”. Para Shahabat bertanya, “Tidak juga engkau, Wahai Rasululloh?” Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab, “Tidak juga aku”.
Beliau mengatakan demikian walaupun tinggi kedudukannya, sangat besar ibadah dan amalnya, bahkan selurulh umat dari awal hingga akhir berada dalam timbangan kebajikannya. Kendati demikian, beliau bersabda,
“Tidak juga aku, kecuali Alloh melimpahkan rahmat dan karunia- Nya kepadaku”.
INI ADALAH PELAJARAN MENGENAI KEYAKINAN, KITA WAJIB MEMPELAJARI BAHWA SELURUH URUSAN ITU MILIK ALLOH, ENGKAU TIDAK MEMILIKI KEKUATAN SEDIKITPUN DALAM URUSAN ITU, DAN BAHWA MASUK SURGA ITU, MESKIPUN KARENA KARUNIA ALLOH, TAPI DERAJAT MANUSIA DI SURGA BERBEDA- BEDA, TIDAK DIRAGUKAN LAGI PERBEDAAN INI TERKAIT DENGAN AMALAN.
Di antara mereka ada yang lebih dahulu masuk Surga dan ada yang menyusul, ada yang berada pada tingkat derajat tinggi dan ada yang di bawahnya. Karena Surga itu bertingkat- tingkat, seperti halnya Neraka bertingkat- tingkat.
Jika manusia masuk Surga dengan karuni Alloh, maka kedudukan manusia ditentukan dengan keadilan. Inilah salah satu sisi dari makna hadits, karena masih ada sisi dan makna lain yang tidak bisa dilupakan.
Wahai anak Adam, Anda memiliki amalan- amalan tetapi Alloh Ta’ala memiliki berbagai kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada anda. Anda adalah hamba yang memiliki kewajiban, tapi Alloh adalah Rabb yang memiliki banyak anugerah. Maka seber...apa banyak amal ibadah anda bila dibandingkan dengan nikmat Alloh yang diberikan- Nya kepadamu? Bukankah amal- amal yang telah anda lakukan telah diberi balasan dengan berbagai kenikmatan di dunia? Kemudian anda masuk Surga berkat karunia Alloh semata. Wahai manusia, seandainya anda melaksanakan puasa di siang hari, melakukan Sholat malam, dan bertasbih sebagaimana layaknya bernafas.
Apakah semua itu sebanding dengan satu dari sekian banyak nikmat Alloh Ta’ala yang diberikan padamu, seperti nikmat sehat atau nikmat melihat.? Demi Alloh, tidak sebanding.!
Lantas bagaimana dengan nikmat- nikmat yang lain? Kemudian bagaimana dengan Surga yang kenikmatannya di atas semua itu?! Apakah anda tidak mengambil pelajaran dari kisah seorang Bani Israil yang ingin masuk Surga dengan amalnya? Di mana seluruh amal shalihnya ditimbang tapi tidak sebanding dengan kenikmatan satu mata, apalagi nikmat- nikmat lainnya!!.
Ya, Seseorang tidak akan masuk Surga dengan amalnya. Karena amal sebagai penukar Surga- dengan tanpa menghiraukan kenikmatan dunia- adalah seperti orang yang ingin membeli sebuah istana dengan uang recehan. Apakah uang recehan tersebut sebanding dengan harga istana? Apakah uang recehan itu patut menjadi harganya?!
Adapun jika pemilik istana berbuat baik dan memberikan istana itu kepada anda, dengan uang yang anda miliki meskipun sedikit, karena telah berusaha keras dan memberikan segala yang dimiliki, maka istana itu menjadi milik anda.
Inilah Karunia Alloh dan Rahmat- Nya, setelah anda melaksanakan sebab- sebab menurut kadar kesanggupan. Alloh Ta’ala berfirman,
“Maka bertaqwalah kepada Alloh menurut kesanggupanmu”. (QS. At- Taghobun: 16)
JADI ANDA, HARUS MELAKSANAKAN APA YANG MENJADI KEWAJIBAN ANDA DAN BERTAWAKKAL KEPADA ALLOH SUBHANAHU WA TA’ALA.
Adapun bila anda tidur (bermalas- malasan), dan mengatakan, “Wahai Rabb, masukkanlah aku ke Surga dengan Karunia- Mu!” Tidak,..ini tidak benar. Bahkan, ini adalah pemahaman yang terbalik, pemahaman iblis, dan sesat lagi menyesatkan.
Wahai Hamba Alloh! Anda tidak menginginkan apartemen, dan tidak memiliki uang sewa, tidak menginginkan istana, dan tidak punya uang, serta menginginkan pengantin tapi tidak punya maharnya.
Sesungguhnya anda menginginkan Surga, “Ingatlah sesungguhnya barang perniagaan Alloh adalah Surga? Tidak adakah orang yang berusaha mendapatkannya? Tidak adakah orang yang menyerahkan mahar untuk pengantinnya di Surga? Tidak adakah di antara kalian orang yang menyiapkan harga untuk barang mahal tersebut?
Karena itu, BER-AMAL-LAH dan JANGAN MELIHAT AMAL ANDA. Tapi YAKINLAH PADA RABB- MU, YAKINLAH BAHWA ANDA TIDAK AKAN MASUK SURGA DENGAN AMAL ANDA, MELAINKAN KARENA KARUNIA DAN RAHMAT ALLOH. Lihatlah nikmat- nikmat yang Alloh berikan kepada an...da, dan bersungguh- sungguhlah, karena urusan ini harus dilakukan dengan kesungguhan bukan senda gurau. Tinggalkanlah kemalasan, dan jangan terlena dengan angan- angan. Jangan katakan: Kami berbaik Sangka kepada Alloh tapi tidak beramal dan terus- terusan malas. Sebab ada suatu kaum yang terlena dengan angan- angan dan mereka berkata, “Kami berbaik sangka pada Alloh”. Jika mereka berbaik sangka kepada Alloh, niscaya mereka memperbagus amal mereka.
Jauh sekali, jauh sekali! Iman itu tidak diraih dengan angan- angan dan berpangku tangan, sebagaimana halnya Surga tidak dapat dicapai dengan angan- angan. Sungguh mengherankan orang yang mencari Surga dengan tidur- tiduran, dan mengherankan pula orang yang tidak ingin masuk Neraka malah bergegas menuju padanya. Demi Alloh, ini adalah agama, dan ini adalah perkataan penutup para Nabi, dan imam para Rasul. Karenanya, pahamilah dengan baik. Jangan memahaminya dengan sesuka hati, yang akibatnya Alloh Ta’ala akan mencampakkan kalian ke dalam Neraka. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Maka hendaklah orang- orang yang menyalahi perintah- Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”. (QS. An- Nuur: 63). Wallohu A’lamu.
Sumber: Hadits Shahih yang Disalahpahami: Buku ini meluruskan hadits2 Shahiih yang disalahartikan dan hadits Maudhu dan Dhaif yang tersebar di Masyarakat. Hal 14- 19. Prof. Dr. Umar bin Abdul Aziz Quraisyi. Pengatar: Dr. Sa’id bin Mushfir al- Qahthani. Pustaka At- Tazkia. Jakarta.
Note: Buku ini insya Alloh bagus. Sumber referensi di dalamnya (kitab2 rujukannya) diambilkan dari kitab2 Ahlus Sunnah yang relevan dengan point2 yang dibahas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar