98. Orang Yang Baik di Dunia adalah Orang Yang Baik di Akhirat- 114
163/ 221. Dari Qabishah Ibnu Burmah al- Asadi berkata,
“Saya berada di samping Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, lalu saya mendengarnya bersabda, “Orang yang baik di Dunia adalah orang yang baik di Akhirat, dan orang yang keji di Dunia adalah orang yang keji di Akhirat”.
Shahih Lighairihi, di dalam Kitab ar- Ruadhun Nadhir (No. 1031, 1082). Qabishah bin Burmah al- Asadi tidak memiliki sedikitpun riwayat dalam Kutubus- Sittah.
Maksudnya: Pelaku kebaikan mendapatkan kebaikan dari Alloh, dan pelaku kemunkaran akan ditimpa kemunkaran tersebut (siksa) di akhirat. Saya berkata, ‘Seolah- olah hadits tersebut merupakan tafsir dari firman Alloh, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, maka niscaya dia melihat balasannya”. (QS. Az- Zalzalah (99): 8).
164/ 223. Dari Mu’tamir berkata,
“Saya menyebutkan kepada bapak saya hadits Abu Utsman dari Salman, bahwasanya dia berkata, “Sesungguhnya pelaku kebaikan di Dunia mereka adalah pelaku kebaikan di Akhirat”. Lalu Mu’tamir berkata, “Sesungguhnya saya mendengar hadits tersebut dari Abu Utsman yang meriwayatkan hadits dari Salman, maka saya tahu bahwa kebaikan itu seperti itu dan aku sama sekali tidak pernah mengatakan hadits itu pada orang lain. (Menurut riwayat Abu Utsman, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda seperti itu)”.
Shahih, yang diriwayatkan dengan periwayatan yang mauquf dan merupakan hadits shahih lighairihi yang diriwayatkan dengan periwayatan yang marfu’, ar- Ruadhun- Nadhiru (1031, 1082)
99. Setiap Kebaikan Adalah Sedekah- 115
165/ 224. Dari Jabir Ibnu Abdullah, dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam,
“Setiap kebaikan adalah sedekah”.
Shahih, di dalam Kitab ash- Shahihah (2040). (Bukhori, 78- Kitab al- Adab, 33- Bab Kullu Ma’rufin Shodaqotun, Wa Ya’ti Bi Atamma Minhu: 304).
166/ 225. Abu Musa berkata, “Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“WAJIB (ATAS) SETIAP ORANG MUSLIM UNTUK BERSEDEKAH”.
Para Shahabat berkata, “Bagaimana jika dia tidak mendapatkan (sesuatu untuk disedekahkan)?” Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab,
“HENDAKNYA DIA BEKERJA DENGAN KEDUA TANGANNYA, SEHINGGA MEMBERIKAN KEMANFAATAN BAGI DIRINYA LALU BERSEDEKAH”.
Para Shahabat bertanya, “Jika dia tidak mampun (bekerja) atau tidak dapat melakukannya?”, Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab,
“HENDAKNYA DIA MENOLONG ORANG YANG SANGAT MEMBUTUHKAN”.
Shahabat bertanya, “Jika dia tidak mampu untuk melakukannya?”, Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab,
“HENDAKNYA IA MEMERINTAHKAN KEBAIKAN ATAU MEMERINTAHKAN YANG MA’RUF”,
Shahabat bertanya, “Jika dia tidak mampu untuk melakukannya?”, Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab,
“HENDAKNYA DIA MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK MELAKUKAN KEJAHATAN, MAKA SESUNGGUHNYA HAL ITU ADALAH SEDEKAH BAGINYA”.
Shahih, di dalam Kitab ash- Shahihah (573), Bukhori, 78- Kitab al- Adab, 33- Bab Kullu Ma’rufin Sodaqoh. Muslim, 12- Kitab az- Zakat, 16- Bab Bayanu Anna ismas- Shadaqati Yaqa’u ‘ala Kulli Nau’in Minal Ma’ruf, Hadits 55.
167/ 227. Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Dikatakan,
“Wahai Rasululloh, Orang- orang kaya pergi membawa pahalanya. Mereka sholat sebagaimana kita sholat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka”, Nabi menjawab, “Bukankah Alloh telah menjadikan bagi kalian sesuatu yang kalian bisa jadikan sedekah? Sesungguhnya pada setiap Tasbih (Subhanalloh) dan Tahmid (Alhamdulillah) terdapat sedekah, sampai pada kemaluan salah seorang di antara kalian (bersetubuh dengan istrinya) adalah sedekah”. Dikatakan kepada Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, “Apakah di dalam syahwat seseorang terdapat sedekah?” Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab, “Bagaimana jika dia melampiaskan di dalam yang haram, bukankah dia mendapatkan dosa.?, maka demikian pula jika dia menyalurkannya pada yang halal maka baginya pahala”.
Shahih, di dalam Kitab ash- Shahihah (454). (Muslim, 12- Kitab az- Zakat, 16- Bab Bayanu Inna ismas- Shadaqati Yaqa’u ‘Ala Kulli Nau’in Minal Ma’ruf, Hadits 53).
Sumber: ‘Shahih Adabul Mufrad” Hal. 136- 140. Syaikh Nashiruddin al- Albani. Pustaka Azzam. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar