Senin, 08 November 2010

Sesungguhnya Besarnya ganjaran/ pahala tergantung pada besarnya cobaan.

Sesungguhnya Besarnya ganjaran/ pahala tergantung pada besarnya cobaan.

At- Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Shahabat Anas bin Malik Radhialloohu 'Anhu, Dia mengatakan bahwa Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,


“Sesungguhnya besarnya ganjaran/ pahala tergantung pada besarnya cobaan. Dan sesungguhnya jika Alloh mencintai sebuah kaum, maka Dia menguji mereka. Barangsiapa ridho maka baginya ridho- Nya, dan barangsiapa marah, maka baginya kemurkaan- Nya”. (Shahiih al- Jami’ish Shaghiir No. 2110).


Ketika terjadi cobaan, maka seorang muslim wajib beristirja’ (mengucap, ‘Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji’uun) dan memuji Alloh karena Dia tidak memberinya ujian yang lebih berat. Hendaklah ia ingat bahwa jika ia bersabar, maka segala musibah yang menimpanya adalah PENGHAPUS DOSA dan MENGANGKAT DERAJAT nya. Alloh Ta’ala berfirman,


“Dan apa saja yang menimpamu maka hal itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan- kesalahanmu)”. (QS. Asy- Syuuraa: 30).

Yang juga ia harus camkan adalah bahwa menghadapinya dengan kemurkaan tidak akan pernah mendatangkan manfaat baginya, bahkan malah mengundang murka Alloh. Sedangkan bila ia menghadapi ujian dan cobaan tadi dengan penuh kesabaran, niscaya ia akan mendapat pahala dan Alloh akan menggantinya dengan yang lebih baik daripada apa yang hilang atau luput darinya yang sebelumnya ia perkirakan akan membawa maslahat baginya. Hendaknya ia juga mengingat firman Alloh Ta’ala,



“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Alloh mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al- Baqoroh: 216).

Begitu pula dengan sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam,


"Sungguh mengagumkan perkara orang mukmin, Sesungguhnya semua perkaranya adalah mengagumkan. Tidaklah perkara itu ada pada seseorang melainkan hanya pada orang mukmin saja. Jika ia mendapat kebahagiaan, dia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan musibah, dia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”. (HR. Muslim dan yang lain, Shahiih al- Jami’ush Shaghiir, No. 3980).



Imam Muslim dalam Kitab Shahiih- nya meriwayatkan dari Ummu Salamah Radhialloohu 'Anha, Ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,



“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah kemudian ia mengucapkan untaian do’a yang telah diperintahkan oleh Alloh, “ALLOOHUMMA-JURNII FII MUSHIIBATII WA AKHLIFLII KHOIRON MINHAA”

Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan sesungguhnya kepada- Nya lah kami akan kembali, Ya Alloh, berilah hamba pahala atas mushibah yang menimpaku, dan berilah hamba ganti yang lebih baik daripadanya”, Melainkan Alloh memberinya ganti yang lebih baik daripadanya”. (Shahiih Muslim, Syarh an-Nawawi (VI/ 474)).

Sumber: ‘Ensiklopedi Larangan: hal. 161- 164. Muhammad Basyir ath- Thahlawi. Media Tarbiyah.



Tidak ada komentar: