Ada dua (2) kaidah yang sangat penting untuk bisa memahami hampir seluruh permasalahan yang berhubungan dengan hukum Islam, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim al- Jauziyyah Rahimahulloh,
“Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram, kecuali kalau ada dalil yang memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi dan mu’amalah adalah halal kecuali kalau ada dalil yang melarangnya”. (Lihat ‘I’lamul Muwaqqi’in, 1/ 344).
Dalil ibadah adalah sabda Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, dari ‘Aisyah Radhialloohu 'Anha berkata, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu yang tidak ada contohnya dari kami, maka akan tertolak”. (HR. Muslim).
Adapun dalil masalah mu’amalah adalah firman Alloh ta’ala,
“Dia lah Alloh yang telah menjadikan segala yang ada di Bumi untuk kamu”. (QS. Al- Baqoroh: 29). (Lihat Ilmu Ushul al- Bida’ oleh Syaikh Ali Hasan al- Halabi, Al- Qowa’id al- Fiqhiyah, oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di Rahimahulloh, hal. 58).
Oleh karena itu, apapun nama dan model bisnis tersebut, pada dasarnya dihukumi halal selagi dilakukan atas dasar suka rela dan tidak mengandung unsur keharaman. Sebagaimana firman Alloh Ta’ala,
“Dan Alloh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al- Baqoroh: 275).
Juga firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala,
“Wahai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu”. (QS. An- Nisaa’: 29).
Adapun hal- hal yang bisa membuat sebuah transaksi bisnis menjadi haram adalah,
(1) Riba
Dari ‘Abdulloh bin Mas’ud Radhialloohu 'Anhu berkata, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Riba itu memiliki tujuh puluh tiga (73) pintu, yang paling ringan adalah semacam dosa seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri”. (HR. Ahmad, 15/ 69/ 230, Lihat Shahiihul Jaami’, no. 3375).
(2) Gharah (adanya spekulasi yang tinggi) dan jahalah (adanya sesuatu yang tidak jelas).
Dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu berkata,
“Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam melarang jual beli Gharar”. (HR. Muslim, No. 1513).
(3) Penipuan
Dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu berkata,
“Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam melewati seseorang yang menjual makanan, maka beliau memasukkan tangannya pada makanan tersebut, ternyata beliau tertipu, maka beliau Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu”. (HR. Muslim, 1/ 99/ 102, Abu Dawud No. 3455, Ibnu Majah, No. 2224).
(4) Perjudian atau Adu Nasib
Firman Alloh Ta’ala,
“Hai orang- orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithon, maka jauhilah”. (QS. Al- Maidah: 90).
(5) Kezhaliman
Sebagaimana firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala,
“Wahai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil”. (QS. An- Nisaa’: 29).
(6) Yang dijual adalah barang yang haram
Dari Ibnu Abbas Radhialloohu 'Anhu berkata, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,
“Sesungguhnya Alloh apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya”. (HR. Abu Dawud, No. 3477, al- Baihaqi 6/ 13 dengan sanad yang Shahih).
(Lihat Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Zaadul Ma’ad oleh Imam Ibnul Qayyim al- Jauziyyah, 5/ 746, Taudhihul Ahkam oleh Syaikh Abdulloh Alu Bassam, 2/ 233, Ar Raudlah an- Nadiyah, 2/ 345, dan Al- Wajiz oleh Syaikh Abdul Adlim al- Badawi, Hal. 332).
Sumber: ‘Pengusaha Muslim: Sukses Dunia Akhirat”. Edisi VIII/ Volume 1/ 15-08-2010/Hal. 68- 69. Ust. Ahmad Sabiq Abu Yusuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar