Jumat, 24 Agustus 2012

Keutamaan Sayyidul Istighfar



Dari Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi Wa Sallam,
‘Sesungguhnya Sayyid Istighfar adalah Seseorang hamba mengucapkan,

ALLAHUMMA ANTA RABBII LAA ILAAHA ILLAA ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALAA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU ABUU’U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABUU-U BIDZANBII FAGHFIRLII FA INNAHUU LAA YAGHFIRU ADZ DZUNUUBA ILLAA ANTA

“Ya Allah, Engkau adalah Rabb- ku, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba- Mu.
Aku menetapi perjanjian- Mu, dan janji- Mu sesuai dengan kemampuanku.
Aku berlindung kepada- Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat- Mu kepadaku,
dan aku mengakui dosaku kepada- Mu, maka ampunilah aku,
Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau”


(Beliau bersabda), “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan,
lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni Surga”.



Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh:
1. Imam al- Bukhari dalam Shahiih-nya (no. 6306, 6323), dan al- Adabul Mufrad (no. 617, 620).
2. Imam an- Nasaa-I (VIII/ 279), as- Sunanul Kubra (no. 9763, 10225), dan dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah (no. 19, 468, dan 587).
3. Imam Ibnu Hibban (no. 928- 929- at- Ta’liqaatul Hisaan ‘Alaa Shahiih Ibni Hibbaan).
4. Imam ath- Thabarani dalam al- Mu’jamul Kabiir (no. 7172), al- Mu’jamul Ausath (no. 1018), dan dalam Kitab ad- Du’aa (no. 312- 313).
5. Al- Haakim (II/ 458).
6. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (IV/ 122, 124- 125).
7. Imam al- Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1308), dan lainnya dari Shahabat Syaddaad bin Aus Radhiyallahu 'Anhu.


Diriwayatkan juga oleh Imam at- Tirmidzi (no. 3393) dari Syaddaad bin Aus Radhiyallahu 'Anhu dengan lafazh awalnya berbeda, Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam bersabda,

“Maukah aku tunjukkan kepadamu Sayyidul Istighfar..?”

At- Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan Gharib”. Dishahiihkan oleh Syaikh al- Albani dengan beberapa jalan dan Syawaahid (penguat)nya dalam Silsilah al- Ahaadiits ash- Shahiihah (no. 1747).



Imam al- Bukhari Rahimahullah memasukkan hadits ini dalam “Bab Istighfar yang Paling Utama”. Ini menunjukkan bahwa Imam al- Bukhari Rahimahullah menganggap ini adalah Lafazh Istighfar yang terbaik. Juga kandungan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa do’a ini layak disebut dengan Sayyidul Istighfar (Penghulu Istighfar) sebagaimana disifati oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam.


Penjelasan Tentang Anjuran Istighfar



Setiap Bani Adam itu pasti banyak berbuat dosa, namun yang terbaik dari orang yang berbuat dosa yaitu yang memohon ampun kepada Allah 'Azza Wa Jalla, dan Bertaubat. Allah 'Azza Wa Jalla memerintahkan kepada hamba- Nya untuk selalu memohon ampun dan bertaubat kepada- Nya. Allah berjanji akan mengampuni orang- orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada- Nya. Allah Ta’ala berfirman,


“Dan Sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang Bertaubat, Beriman, dan Berbuat Kebajikan, Kemudian Tetap dalam petunjuk”. (QS. Thaaha [20]: 82).


Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk banyak beristighfar /meminta ampun kepada- Nya. Begitu pula Allah memerintahkan Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam untuk beristighfar. Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,


“..Dan mohonlah ampunan bagi dosamu, dan dosa orang mukmin laki- laki dan perempuan”. (QS. Muhammad [47]: 19).


“Maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun”. (QS. Nuuh [71]: 10).


“Dan Mohon Ampunlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. an- Nisaa’ [4]: 106).


“Maka Bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat”. (QS. an- Nashr [110]: 3).


“Dan Pada Akhir Malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)”. (QS. adz- Dzaariyaat [51]: 18).


Maksudnya, Bangun di akhir malam untuk Sholat Tahajjud, dan di waktu Sahur mereka memohon ampun kepada Allah 'Azza Wa Jalla.


Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam membaca do’a istighfar ketika Ruku’ atau Sujud Sebagai berikut:


“SUBHAANAKA ALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII”


“Maha Suci Engkau, ya Allah! Rabb Kami dan dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah dosaku”.
(Shahiih, HR.al- Bukhari (no.794, 817), dan Muslim (no. 848).


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam bersabda,


“Demi Allah, Sesungguhnya aku benar- benar memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada- Nya dalam sehari semalam lebih dari 70 kali”. (Shahiih, HR. al-Bukhari (no. 6307), at- Tirmidzi (no. 3259) dari Shahabat Abu Hurairah).


Dalam Riwayat Imam Muslim,

“…Dan sesungguhnya aku benar- benar memohon ampunan Allah dalam sehari semalam sebanyak 100 kali”. (Shahiih, HR. Muslim (no. 2701 (42)), dari Shahabat al- Agharr bin Yasar al- Muzani Radhiyallahu 'Anhu).


Para Ulama menyebutkan bahwa Allah 'Azza Wa Jalla memberikan rasa aman kepada manusia dengan 2 hal, yaitu adanya Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam di antara mereka dan dengan Istighfar. Sekarang Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam telah wafat, berarti yang masih ada yaitu Istighfar. Oleh karena itu Istighfar menjadi pengaman dari kemarahan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala.


Dan di antara do’a istighfar yang paling baik adalah Sayyidul istighfar, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam kepada Shahabat Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'Anhu. Wallahu a’lam.


Sumber: ‘Keutamaan Sayyidul Istighfar’ oleh Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizhahullah. Majalah As- Sunnah Edisi Khusus (03- 04)/ Thn XVI/ Sya’ban –Ramadhan 1433H/ Juli- Agustus 2012M. Hal 16- 19.

Sabtu, 11 Agustus 2012

LAILATUL QODAR

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)