Jumat, 09 April 2010

AGAR ILMU KITA BERMANFAAT

AGAR ILMU KITA BERMANFAAT

Dari Ummu Salamah Radhiallohu ‘anha, Bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam tatkala usai salam dari sholat shubuh membaca do’a:

‘ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKA ‘ILMAN NAAFI’AA WA RIZQON THOYYIBAA WA ‘AMALAN MUTAQOBBALAA’

‘Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima’ (HR. Ibnu Majah 925, Ahmad 57/ 393, dishohihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 1/ 152)

MAKNA DO’A:
1. ‘Ilman Naafi’aa yakni ilmu yang bermanfaat bagiku dan bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
2. Wa Rizqon Thoyyibaa yakni rezeki yang halal
3. Wa ‘Amalan Mutaqobbalaa yakni amalan yang diterima di sisi-Mu, sehingga Engkau memberikan pahala kepadaku dengan pahala yang banyak. (Syarah Hisnul Muslim)



BEBERAPA FAEDAH:

Imam Ibnu Rojab al- Hambali Rahimahulloh berkata: ‘Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang masuk dan menetap ke dalam relung hati manusia, yang kemudian melahirkan rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri di hadapan Alloh’. (al-Khusyuu’ Fish Sholaah 16)

Semoga Alloh meridhoi dan merahmati shahabat yang mulia,

Abdulloh bin Mas’ud Radhiallohu ‘anhu, yang berkata: ‘Bukankah ilmu itu hanya dengan banyak menghafal hadits, akan tetapi ilmu ialah (yang bermanfaat dan menimbulkan) besarnya rasa takut kepada Alloh’. (Tafsir Ibnu Katsir 3/ 729)

Tidak disebutkan dalam riwayat hadits ini bahwa Rasululloh Shallallahu ‘alahi wasallam mengangkat kedua tangan beliau saat berdo’a dengan do’a ini. Sehingga ketika kita berdo’a dengan do’a ini seusai sholat shubuh pun tidak disyari’atkan mengangkat kedua tangan.



Do’a seusai sholat fardhu itu mustajab (akan diijabahi oleh Alloh subhaanahu wa ta’ala) insya Alloh. Sebagaimana tatkala ada seorang shahabat yang bertanya kepada Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Wahai Rasululloh, do’a saat kapan yang lebih didengar oleh Alloh?’ beliau menjawab: ‘ (Do’a pada) tengah malam yang terakhir dan setiap usai sholat-sholat fardhu’. (HR. Tirmidzi No. 3499, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Tirmidzi).

Sumber: Majalah al-Mawaddah Edisi ke-5 Tahun ke-3 Dzulhijjah 1430H – Muharom 1431H – Desember 2009. Hal 40 rubrik BentengdiriMuslim. Oleh Ust. Mukhlis Abu Dzar.


Tidak ada komentar: