Sabtu, 25 September 2010

Sesungguhnya Alloh tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِِ

DI MANA LETAK TAQWA..?

Telah datang dalil- dalil dari Al- Qur’an dan As- Sunnah bahwa takwa itu terletak di hati. Alloh Ta’ala berfirman,

“Demikianlah (perintah Alloh). Dan barangsiapa mengagungkan syari’at Alloh , maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”. (QS. Al- Hajj: 32)

Dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu, ia berkata, “Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“... Seorang muslim itu saudara muslim yang lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh meremehkannya, dan tidak boleh mengejeknya. Takwa itu ada di sini- beliau berisyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah dikatakan kejahatan bagi seseorang yang meremehkan saudaranya semuslim. Setiap muslim adalah haram atas muslim lainnya: Darahnya, Hartanya, dan Kehormatannya”.

Shahiih, HR. Ahmad (II/ 277) dan Muslim (No. 2564 (32)).

Dalam hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan oleh Shahabat Abu Dzarr Radhialloohu 'Anhu, di dalamnya disebutkan bahwa Alloh Ta’ala berfirman,

“..Wahai hamba- Ku! Seandainya orang yang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin dari kalangan kalian berada pada satu hati seseorang dari kalian yang paling bertakwa, maka hal itu tidak menambah sedikit pun atas Kerajaan- Ku..”

Shahiih, HR. Muslim (No. 2577)

Dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu, ia berkata, “Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya Alloh tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Shahiih, HR. Muslim (No. 2564 (34)).

Tentang hadits Qudsi,

“..Wahai hamba- Ku! Seandainya orang yang pertama dan terakhir kalian, manusia dan jin dari kalangan kalian berada pada satu hati seseorang dari kalian yang paling bertakwa..”

al- Hafizh Ibnu Rajab Rahimahulloh mengatakan bahwa di dalamnya terdapat dalil bahwa yang menjadi asal (sumber) dari ketakwaan dan perbuatan fajir (maksiat) adalah hati. Apabila hati itu baik dan bertakwa maka baik pula anggota tubuhnya. Namun apabila hati itu berbuat durhaka maka anggota badannya pun ikut berbuat durhaka, sebagaimana sabda Nabi, “Takwa itu di sini”. (Lihat Jaami’ul Uluum wal Hikam (II/ 47)).

Kemudian Ibnu Rajab melanjutkan bahwa apabila asal takwa adalah di hati maka tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui hakikatnya selain Alloh Subhanahu Wa Ta’ala..”. (Lihat Jaami’ul Uluum wal Hikam (II/ 276)).

OLEH KARENA ITU, SEORANG MUSLIM WAJIB MEMPERBAIKI HATINYA, MENJAUHKANNYA DARI SEGALA APA YANG MEMBAHAYAKANNYA BERUPA SEBAB- SEBAB KEDURHAKAANNYA, SENANTIASA BERDZIKIR KEPADA ALLOH, BERSYUKUR KEPADA- NYA, TETAP TAAT KEPADA- NYA, DAN MEMOHON ...KETEGUHAN DI ATAS KEBENARAN KARENA SESUNGGUHNYA HATI ITU BERADA DI ANTARA JARI- JEMARI ALLOH YANG MAHA PENGASIH, DIA MEMBOLAK- BALIKKANNYA SESUAI DENGAN KEHENDAK- NYA.

TETAPI, MAKNA BAHWA TAKWA BERADA DI HATI ITU TIDAK BERARTI IA SENANTIASA TERSEMBUNYI DAN TIDAK MEMILIKI PENGARUH SAMA SEKALI TERHADAP ANGGOTA BADAN. BAHKAN IA AKAN NAMPAK PADA ANGGOTA BADAN, dalilnya adalah hadits an- Nu’man bin Basyir Radhialloohu 'Anhuma, Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“...Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

Shahiih, HR. al- Bukhori (No. 52, 2051), Muslim (No. 1599 (107)), Ahmad (IV/ 267), Abu Dawud (No. 3329, 3330), at- Tirmidzi (No. 1205), an- Nasa-i (VII/ 241), dan Ibnu Majah (No. 3984).



DARI SINI KITA MENGETAHUI KESALAHAN DAN KESESATAN ORANG YANG MENYANGKA BAHWA TAKWA ITU TEMPATNYA DI HATI, TETAPI TIDAK MEMILIKI PENGARUH TERHADAP BADAN DAN ANGGOTA TUBUHNYA.

Di antara orang yang menganggap remeh dan bermalas- malasan dalam agamanya –semoga Alloh memberikan hidayah serta memperbaiki keadaan mereka- apabila perbuatan maksyiat yang nampak- yang mereka kerjakan berkaitan dengan badan dan wajah maupun selain keduanya, seperti berpakaian isbal (pakaian laki- laki yang melewati mata kaki), mencukur jenggot, atau wanita yang tidak berjilbab bahkan bersolek, ketika perbuatan itu diingkari niscaya mereka berkata kepadamu, “Takwa Itu Di Hati”, atau dengan ucapan, “Yang penting hatinya!”. Kita jawab: Benar, perkataan ini benar tetapi yang diinginkan adalah kebathilan. Perkataannya tersebut dapat kita bantah dari beberapa sisi:

Pertama, Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang dilarang yang telah dijelaskan oleh dalil yang shahiih dan jelas.

Kedua, Sesungguhnya engkau telah menceburkan dirimu sendiri ke dalam ancaman Alloh yang sangat keras yang diancamkan oleh Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.

Ketiga, bahwa hadits- hadits yang engkau bawakan adalah mujmal (global), dan telah ditafsirkan oleh hadits an- Nu’man bin Basyir yaitu sabda beliau,

“Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. (Lihat al- Ma’aashii Wa Aatsaaruhaa ‘Alal Fard Wal Mujtama’ (hal. 241- 243) dengan sedikit diringkas dan ditambah).

Sumber: ‘TAKWA: Jalan Menuju Sukses Abadi “Surga Disediakan bagi Orang Bertakwa”. Hal 53- 58. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka at- Taqwa. Bogor.

Tidak ada komentar: