Sabtu, 24 Januari 2009

Tentang CINTA . . . [1]


HADITS-HADITS CINTA DI ATAS CINTA
Dari Annas bin Malik radhiallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman: (1) Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2) mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta’ala, (3) benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta’ala menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam api”.
(Diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab Al-Iman, bab Halawatil Iiman 1/14 no.16; dan Muslim dalam kitab Al-Iman, bab Bayan Khisoli Man Ittashofa Bihinna Wajada Halawatal Imaan 1/48 no.174, An-Nasa’i 8/470 no.4901, dan Ahmad 3/103 no.12025).
Merasakan manisnya sesuatu merupakan buah dari cinta terhadapnya. Di kala seseorang mencintai sesuatu atau menyukai kemudian mendapatkannya, maka ia akan merasakan manis, lezat dan bahagia karenanya. Demikian pula manisnya iman yang dirasakan oleh seorang mukmin; kelezatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan dalam keimanannya sebanding dengan cinta yang ada dalam dirinya. Dan hal itu akan ia dapatkan dengan melakukan tiga hal yang disebutkan dalam hadits di atas. (Lihat Majmu’ Fatawa 10/205-206).
YANG BERHAK DICINTA DI ATAS CINTA
Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rahmat dari Allah ta’ala yang dia berikan dan dia bagikan kepada manusia.
Cinta adalah pokok seluruh amalan. Tidaklah seseorang akan berbuat sesuatu melainkan demi mencapai sesuatu yang dicinta; apakah itu demi sebuah kemanfaatan atau untuk menangkal bala’ dan malapetaka. Seseorang berbuat sesuatu tentu sebab ia cinta kepada sesuatu tersebut; entah cinta kepada dzatnya atau kepada sesuatu yang ia harapkan di baliknya. (Al-Qoulul Mufid oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 2/44).
Cinta adalah sebuah kedudukan yang siapa saja bisa saling berlomba mendapatkannya, yang para juaranya telah bersiap sedia melakukannya, dan apa yang para pelakunya bisa saling membinasakan. Cinta adalah santapan hati, makanan jiwa, dan penyejuk mata. Cinta adalah kehidupan, siapa saja yang tidak memikinya akan masuk ke dalam golongan yang telah mati. Cinta adalah cahaya, yang siapa saja kehilangan dia niscaya akan tersesat di kedalaman samudera kegelapan. Cinta adalah obat, yang siapa saja tidak memikinya niscaya seluruh penyakit akan menimpa hatinya.
Cinta adalah kelezatan, yang siapa saja tidak mengambil bagiannya, maka seluruh kehidupannya hanya akan berupa kegundahan dan kepedihan. Cinta adalah ruhnya iman, amalan, situasi maupun kondisi, yang kapan saja cinta tidak ada pada itu semua niscaya semuanya hanya akan berupa jasad yang tak bernyawa.
Cinta adalah sesuatu yang telah mengantarkan siapa saja yang berjalan mencarinya ke sebuah negeri yang tidak mungkin ditempuh kecuali dengan bersusah payah. Cinta juga mengantarkan mereka kepada sebuah derajat yang tak mungkin bisa diraih tanpanya. Cinta jugalah yang menempatkan mereka di singgasana kejujuran dan kebenaran yang mustahil bisa dicapai bila seseorang tidak masuk dengannya. (Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah dalam Madarijus Salikin, sebagaimana disebutkan dalam Taisirul Azizil Hamid oleh Sulaiman bin Abdullah hal.388-389).
To be continued...

Tidak ada komentar: