Kamis, 24 Maret 2011

Seluruh Nabi berbakti kepada kedua orang tua mereka.

BAB III: Berbakti kepada kedua Orang Tua merupakan Sifat yang menonjol dari Para Nabi ‘Alaihimus Sholaatu Wassalaam.

Di antaranya Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa ‘Isa bin Maryam ‘Alaihis Salaam adalah anak yang berbakti kepada ibunya. Alloh Ta’ala berfirman,

“Dia (‘Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Alloh, Dia memberiku Kitab (Injil), dan Dia menjadikan aku seorang Nabi dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk (melaksanakan) Sholat, dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada Ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (QS. Maryam: 30- 32).


Kemudian Alloh Ta’ala berfirman tentang do’a Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salaam,

“Wahai Rabb- ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan Sholat, wahai Rabb kami perkenankanlah do’aku. Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu- bapakku, dan semua orang yang beriman pada hari diadakannya perhitungan (hari Kiamat)”. (QS. Ibrahim: 40- 41).

Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman tentang do’a Nabii Ibrahim ‘Alaihis Salaam untuk bapaknya,

“Dan ampunilah bapakku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”. (QS. Asy- Syu’araa: 86- 87).

Alloh Ta’ala berfirman tentang do’a Nabi Nuh ‘Alaihis Salaam untuk kedua orang tuanya,

“Ya Rabb ku, Ampunilah aku, Ibu- Bapakku, dan Siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki- laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang- orang zhalim itu selain kehancuran”. (QS. Nuh: 28).

Demikian pula dengan Nabi Yahya ‘Alaihis Salaam yang senantiasa berbakti kepada orang tuanya. Alloh Ta’ala berfirman,

“Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong bukan (pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya, pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali”. (QS. Maryam: 14- 15).


Kemudian Alloh Ta’ala berfirman tentang do’a Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salaam,

“..Dan dia berdo’a, “Ya Rabb- ku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat- Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kedua orang tuaku, dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat- Mu ke dalam golongan hamba- hamba- Mu yang Shalih”. (QS. An- naml: 19).


Ayat- ayat di atas menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua merupakan sifat yang menonjol dari para Nabi. Seluruh Nabii berbakti kepada kedua orang tua mereka. Dan ini menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah Syari’at yang umum. Alloh Ta’ala berfirman,

“Dan Rabb- mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah (beribadah) selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu –Bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan, “Ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ROBBI-RHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO –Wahai Rabb- ku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”. (QS. Al- Israa’: 23- 24).

Dalam hadits yang Diriwayatkan oleh imam al- Bukhori dalam kitab al- Adab al- Mufrad, Ibnu Hibban, al- Hakim, dan at- Tirmidzi, dari Shahabat ‘Abdulloh bin ‘Amr bin al- ‘Ash Radhialloohu 'Anhuma, bahwa Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Ridho Alloh tergantung kepada ridho orang tua, dan Murka Alloh tergantung kepada murka kedua orang tua”.

Shahih, HR. al- Bukhori dalam al- Adab al- Mufrad (No. 2), Ibnu Hibban (No. 2026/ al- Mawaarid), at- Tirmidzi (No. 1899), al- Hakim (IV/ 151- 152), beliau menshahihkannya, dan disepakati oleh imam adz- Dzahabi. Syaikh al- Albani Rahimahulloh berkata, “Hadits ini sebagaimana dikatakan keduanya (al- Hakim dan adz- Dzahabi)”. Lihat Shahiih al- Adabil Mufrad, (No. 2).

Imam al- Qurthubi Rahimahulloh secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada kedua orang tua hendaknya seorang anak menyetujui apa yang dikehendaki, dan diinginkan oleh kedua orang tuanya. Al- Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahulloh berkata, “janganlah engkau mencegah apa- apa yang disenangi keduanya”. Ketika ditanya bagaimana tentang bentuk berbakti kepada kedua orang tua, Fudhail menjawab, “Janganlah engkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan Malas”.

Ketika Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan di hadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum dia duduk (orangtua dipersilahkan duduk terlebih dahulu_red)”.

Atsar Shahih: HR. al- Bukhori dalam al- Adabul Mufrad (No. 44/ Shahiih al- Adabil Mufrad. No. 32). Walloohu A’lam.

Sumber: Birrul Walidain. Hal. 33- 37, 43, 52. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka at- Taqwa. Bogor.

Tidak ada komentar: