Jumat, 09 Desember 2011

Dan hendaknya mengadukan semua kesulitan itu hanya kepada Allah 'Azza Wa Jalla..

Sesungguhnya hakikat hidup ini adalah cobaan dan ujian. Allah ciptakan hidup dan mati untuk menguji manusia: Siapa yang paling baik amalnya.


“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”. (QS. Al- Mulk: 2).


Cobaan dan Ujian selalu mengiringi manusia, apakah itu berupa kesenangan atau kesusahan, kekayaan atau kemiskinan, sehat atau sakit, gembira atau sedih, dan lainnya. Semua itu merupakan ujjian, apakah manusia bersyukur atau tidak, bersabar atau tidak. Bagi orang yang diberikan kesenangan, kekayaan, kegembiraan, maka konsekuensi kesenangan yaitu bersyukur atas segala nikmat Allah dengan mentauhidkan Allah dalam beribadah hanya kepada- Nya, melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan menjauhkan perbuatan dosa dan maksyiat. Orang yang bersyukur kepada Allah sangat sedikit sekali.

“Dan sedikit sekali dari hamba- hamba- Ku yang bersyukur”. (QS. Saba’ : 13)


Bagi orang yang diberikan cobaan, ujian berupa kesusahan, kefaqiran, dan penyakit, maka konsekuensinya adalah sabar, tidak banyak berkeluh kesah dan hendaknya mengadukan semua kesulitan itu hanya kepada Allah, Sabar dan Ridho kepada Takdir Allah, tidak berputus asa dari Rahmat Allah, dan terus berdo’a hanya kepada Allah saja, maka Allah akan memberikan ganjaran yang besar kepada orang yang Sabar.

“Hanya orang- orang yang Bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. (QS. Az- Zumar: 10).


Seorang Mukmin, Semua urusannya adalah baik, jika ia mendapat kesenangan, maka ia bersyukur. Dan jika ia mendapat kesulitan, kesusahan, atau penyakit, maka ia bersabar, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim No. 2999 dari Shahabat Shuhaib Radhiallohu 'Anhu.

Seorang Mukmin harus memahami dan meyakini hakikat Cobaan dan Ujian, karena dengan cobaan dan Ujian, Allah memberikan Ganjaran, Pahala, Derajat Yang Tinggi, dan Jaminan Surga bagi orang yang Lulus dalam Ujian hidup ini.

Begitu pula orang yang ditimpa musibah berupa penyakit dan lainnya, ia harus Ridha dan Sabar. Dan Yang Wajib kita ingat bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala Yang menurunkan Penyakit, dan Dia jugalah yang menurunkan obatnya.

Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya”. (HR. al- Bukhari No. 5678, dari Abu Hurairah Radhiallohu 'Anhu).

“Setiap Penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Muslim No. 2204, dari Jabir Radhiallohu 'Anhu).


Tidak ada seorangpun yang dapat menghilangkan bahaya, penyakit, dan musibah kecuali hanya Allah saja.

“Dan apabila aku sakit, Dia- lah yang menyembuhkan aku”. (QS. Asy- Syu’araa’ : 80).

“Dan Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia- Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba- hamba- Nya, dan Dia- lah yang Maha Pengampun , Maha Penyayang”. (QS. Yunus: 107).


“Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al- An’aam: 17).


Untuk menghilangkan bahaya dan menyembuhkan penyakit, cara yang paling baik, mujarab, dan manjur adalah dengan Al- Qur-an dan As- Sunnah. Di dalam buku ini, penulis menjelaskan tuntunan Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam yang Lengkap tentang bagaimana mengobati orang yang terkena musibah penyakit, guna- guna, santet, Sihir, dan lainnya, yaitu dengan Al- Qur-an dan As-Sunnah.

Hanya Allah saja yang dapat memudahkan urusan kaum Muslimin, menghilangkan kesulitan- kesulitan mereka dan menyembuhkan kita dan saudara- saudara kita yang terkena musibah dan penyakit. Mudah- mudahan kita kembali kepada Allah dengan bertaubat, mentauhidkan Allah menjauhkan Syirik, dan segala macam maksyiat, dan mudah- mudahan kita dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dengan Ikhlas dan Ittiba’ (Mencontoh_red) kepada Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam.

Mudah- mudahan buku ini bermanfaat untuk penulis dan para pembaca. Semoga Amal ikhlas ini semata- mata karena Allah dan dicatat sebagai amal Shalih pada timbangan kebaikan pada hari Kiamat, pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak- anak.

Semoga Sholawat dan Salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, keluarganya, Para Shahabatnya, dan orang- orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Bogor, 6 Ramadhan 1429H

Yazid bin Abdul Qadir Jawas

(Abu Fat-hi)

Penulis

Sumber: 'Hikmah Di Balik Musibah & Ruqyah Syar'iyyah: Do'a- do'a terhadap pengobatan dan Sihir, Guna- guna, dan Penyakit- penyakit Lainnya'. Muqaddimah. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka Imam Asy- Syafi'i. Jakarta.

Tidak ada komentar: