Minggu, 25 Desember 2011

Akhir Kehidupan Yang Baik

19 Tanda Husnul Khatimah



Syaikh al- Imam al- Muhaddits, Syaikh Muhammad Nashiruddin al- Albani Rahimahullah, Sang Mujaddid Abad ini, menuliskan Alamaat Husnil Khaatimah (Tanda- tanda Husnul Khatimah) dalam Kitab Ahkaamul Janaa-iz. (Terbitan Maktabah al- Ma’arif –Riyadh, Cetakan ke -3 Th. 1410H). Selanjutnya beliau Rahimahullah mengatakan:



“Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Pembuat Syari’at Yang Maha Bijaksana telah menetapkan tanda- tanda yang jelas, yang menunjukkan akhir kehidupan yang baik (Husnul Khaatimah). Semoga Allah Ta’ala dengan Keutamaan dan Karunia- Nya menetapkan tanda- tanda tersebut bagi kita. Barangsiapa dianugerahi salah satu dari tanda- tanda tersebut, maka baginyalah kabar Gembira (dengan mendapatkan akhir kehidupan yang baik itu). Inilah tanda- tanda Husnul Khatimah tersebut:



1. Ucapan Kalimat Syahadat ketika meninggal Dunia.



Banyak Hadits- hadits yang menerangkan tentang tanda yang pertama ini. Di antaranya adalah Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam:



“Barangsiapa yang Akhir perkataannya adalah Kalimat Laa Ilaaha Illallaah (Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah), maka ia pasti masuk Surga”.



(Hadits Hasan, Lihat Shahiih al- Jaami’ish Shaghir No. 6479, dan Irwaa-ul Ghaliil (III/ 149)).



2. Meninggal dengan Berkeringat Di Dahinya.



Hal ini berdasarkan Hadits dari Buraidah bin al- Khashib Radhiallohu 'Anhu, Bahwasanya Buraidah sedang berada di daerah Khurasan. Lalu ia menjenguk saudaranya yang sedang sakit, dan ia menyaksikan kematiannya. Ia melihat keringat di dahi saudaranya yang telah meninggal itu. Ia berkata,



“Allah Maha Besar. Aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Meninggalnya seorang Mukmin adalah dengan berkeringat di dahinya”.

(Hadits Shahih, Lihat Shahiih Sunan an- Nasa-i (No. 1828)).



3. Meninggal pada Malam Atau Hari Jum’at.



Berdasarkan Hadits Yang Seluruh Jalan Periwayatannya Hasan Atau Shahih. Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,



“Tidak ada seorang Muslim pun yang meninggal pada hari atau malam Jum’at, Kecuali ia akan dijaga oleh Allah dari Fitnah Kubur”.

(Hadits ini Hasan: Lihat Shahiih al- Jami’ish Shaghiir (No. 5773), Shahiih at- Targhiib wat Tarhiib (No. 3562), dan Misykaatul Mashaabiih (No. 1367)).



4. Gugur Sebagai Syuhada di Medan Perang,

Berdasarkan Firman Allah Ta’ala:



“Janganlah Kamu Mengira Bahwa Orang- orang yang gugur di Jalan Allah itu mati. Bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb- nya dengan mendapatkan Rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang dianugerahkan- Nya kepada mereka. Dan mereka senang terhadap orang- orang yang masih tinggal di belakang mereka (masih hidup di dunia), yang belum menyusul mereka, Bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka senang dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia- nyiakan pahala orang yang beriman”. (QS. Ali ‘Imran 169- 170).



Dan juga berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam:



“Bagi orang yang mati Syahid (gugur di medan perang Fii Sabiilillaah) ada 6 (enam) perkara (anugerah) pada sisi Allah: (1) Allah mengampuninya sejak pertama kali darahnya menetes, (2) ia melihat tempat tinggalnya kelak di Surga, (3) Dilindungi dari Siksa Kubur, (4) Merasa Aman dari kegoncangan yang besar (di Hari Kiamat), (5) Diberi perhiasan dengan perhiasan Iman serta dinikahkan dengan bidadari (Surga), dan (6) Diberi wewenang untuk memberikan Syafa’at (pembelaan) kepada tujuh puluh orang familinya”. (Hadits ini Shahiih, Lihat Misykaatul Mashaabiih (No. 3834), dan Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib, (No. 1375)).



5. Meninggal Ketika Berperang Di Jalan Allah.



Hal ini berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam:



“Menurut Kalian, Siapa Sajakah orang yang Syahid di antara Kalian?”



Maka Para Shahabat pun menjawab, “Orang yang Syahid adalah yang gugur di medan perang di Jalan Allah”.



Maka Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:

“Jika demikian, maka orang yang Syahid dari umatku itu sangat sedikit”.



Para Shahabat- pun bertanya, “Kalau begitu, Siapakah mereka Wahai Rasulullah?”



Beliau Menjawab:



“Orang Yang terbunuh (gugur) di medan perang Fii Sabiilillah, Ia Syahid. Orang Yang meninggal dalam memperjuangkan Agama Allah (Fii Sabiilillah), Ia Syahid. Orang yang meninggal karena Suatu Wabah Penyakit, Ia Syahid. Orang yang meninggal karena Sakit perut, Ia Syahid. Dan orang yang mati tenggelam, Ia Syahid.



(Hadits ini Shahiih, Lihat Misykaatul Mashaabiih (No. 3811), dan Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib, (No. 1393)).



6. Meninggal karena Suatu Wabah Penyakit.

Hal ini berdasarkan beberapa Hadits, di antaranya adalah Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam:



“Wabah Penyakit menular itu adalah (Salah Satu penyebab) mati Syahid bagi Setiap Muslim”.



(Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiihul Jaami’ (No. 3947), Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib (No. 1399), dan Misykaatul Mashaabiih (No. 1545)).



7. Meninggal Karena Menderita Penyakit Di Perutnya.



Hal ini berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam yang telah lalu. Yakni Sabda beliau:



“Dan Orang yang meninggal karena Sakit perut, dia Syahid”. (Hadits ini Shahiih).



8 & 9. Orang yang Meninggal Karena Tenggelam, atau Tertimpa Reruntuhan.



Hal ini berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Orang- orang yang Syahid ada Lima:

(1) Orang yang meninggal karena Wabah Penyakit, (2) Orang Yang meninggal karena Sakit Perut, (3) Orang Yang Mati Tenggelam, (4) Orang Yang tertimbun Longsor (atau tertimpa Reruntuhan), (5) Orang yang meninggal dalam membela agama Allah”.



(Lihat Shahiihul Jaami’ (No. 3741), Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib (No. 1393), dan Misykaatul Mashaabiih, (No. 1546)).



10. Wanita Yang Meninggal dalam Masa Nifasnya, atau disebabkan karena melahirkan Anaknya.



Hal ini berdasarkan Hadits ‘Ubadah bin ash- Shamit, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjenguk ‘Abdullah bin Rawahah yang Sudah tidak mampu lagi beranjak dari tempat tidurnya. Maka Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:



“Tahukah engkau tentang para Syuhada dari umatku?”



Para Shahabat menjawab, “Gugurnya seorang muslim (di medan perang) adalah Syahid”.



Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda lagi:



“Jika demikian, maka para syuhada dari umatku sangat sedikit. Gugurnya seorang muslim (di medan perang) adalah Syahid. Orang yang terkena wabah penyakit juga Syahid. Wanita yang meninggal disebabkan anaknya yang masih dalam rahimnya (atau ketika melahirkannya) adalah syahid. [Anaknya akan menarik ibunya ke dalam Surga dengan Tali Pusarnya]..”



(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad- nya (IV/ 210, V/ 323) dengan Sanad Yang Shahiih).



11 & 12. Meninggal karena terbakar atau karena Radang selaput Dada (Atau pada Rusuk),



Hal ini berdasarkan Beberapa Hadits , Yang Paling Masyhur adalah Hadits Marfu’ dari Jabir bin ‘Atik:



“Selain gugur di medan perang Fii Sabiilillah, ada tujuh (golongan) Yang Mati sebagai Syuhada: (1) Orang yang meninggal karena Suatu wabah penyakit adalah Syahid, (2) Orang Yang Mati Tenggelam adalah Syahid, (3) Orang yang meninggal karena penyakit radang selapput dada adalah Syahid, (4) Orang Yang meninggal karena sakit perut adalah Syahid, (5) Orang yang mati terbakar adalah Syahid, (6) Orang yang meninggal karena tertimpa (atau terjebak) di bawah reruntuhan (atau longsor) adalah Syahid, (7) Wanita yang meninggal karena anaknya (sedang hamil atau ketika melahirkan) adalah Syahid.



(Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib (No. 1398), Misykaatul Mashaabiih (No. 1561), dan Shahiih Sunan Abi Dawud (No. 2668)).



13. Meninggal Karena Penyakit TBC.



Hal ini berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Orang Yang terbunuh (gugur) di Jalan Allah adalah Syahid. Wanita yang meninggal di masa nifas (karena melahirkan anaknya) adalah Syahid. Orang yang mati terbakar adalah Syahid. Orang yang meninggal karena penyakit TBC adalah Syahid. Dan orang yang meninggal karena sakit perut adalah Syahid”.



(Hadits ini Hasan, Lihat al- Mu’jamul Kabiir (No. VI/ 247), No. 6115) oleh Imam ath- Thabrani).



14. Orang Yang meninggal dalam membela harta yang hendak dirampas orang lain.



Hal ini berdasarkan beberapa hadits, di antaranya adalah Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Orang Yang meninggal dalam rangka membela hartanya (pada riwayat yang lain: Barangsiapa yang hartanya akan dirampas dengan cara yang tidak dibenarkan, lalu ia berkelahi membela haknya, dan ia terbunuh), maka ia Syahid”.



(Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiihul Jaami’ (No. 6444)).



15 & 16. Orang Yang Meninggal karena membela agama dan Jiwanya.



Hal ini berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Orang yang terbunuh dalam rangka membela hartanya, Ia Syahid. Orang yang terbunuh dalam rangka membela keluarganya adalah Syahid. Orang yang meninggal dalam rangka membela agamanya, ia Syahid. Dan orang yang terbunuh dalam membela darah (jiwa)nya adalah Syahid”. (Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiihul Jaami’ No. 6445)).



17. Orang yang Meninggal dalam Tugas Fii Sabiilillah dalam menjaga Wilayah Perbatasan Atau Menjaga Wilayah Negeri Kaum Muslimin.



Hal ini berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Ribath (Siap Siaga dalam menjaga perbatasan Kaum Muslimin) Sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa sebulan, dan malam- malamnya digunakan untuk Qiyamul Lail. Jika ia meninggal, maka pahala amalnya yang ia lakukan (di dunia) akan tetap mengalir kepadanya, dan rizqynya pun akan tetap mengalir kepadanya. Dan ia akan aman dari berbagai fitnah (setelah mati)”.



(Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiih at- Targhiib Wat Targhiib, (No. 1217)).



18. Meninggal Ketika Sedang Berada Dalam Suatu Amal Shalih.



Hal Ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam:



“Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah (Tidak Ada Ilah Yang berhak diibadahi dengan benar, Kecuali Allah) dengan mengharapkan Wajah Allah (Ikhlas), sedangkan hidupnya diakhiri dengan kalimat ini, maka ia pasti masuk ke Surga. Barangsiapa yang berpuasa karena mengharapkan Wajah Allah (Ikhlas), lalu ia tutup usia, maka ia pasti masuk Surga, dan Barangsiapa BerSHadaqah dengan mengharapkan Wajah- Nya (Ikhlas), lalu ia meninggal dengan amal Shadaqah ini, maka ia pasti masuk Surga”.



(Hadits Shahiih, Lihat Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib, No. 985)).



19. Orang Yang Dibunuh Oleh Raja Yang Zhalim, dalam Rangka menegakkan (Kebenaran) dan memberikan Nashihat kepadanya.



Hal ini Berdasarkan Sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam :



“Pemimpin Para Syuhada adalah Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, dan Seseorang yang mendatangi Imam (Pemimpin Kaum Muslimin) untuk memerintahkan (kebaikan), dan melarangnya (melakukan kemungkaran), namun pemimpin kaum muslimin itu malah membunuhnya”. (HR. Al- Hakim, dan Ia menShahiih-kannya. Diriwayatkan juga oleh al- Khathib).



(Hadits ini Shahiih, Lihat Shahiih at- Targhiib Wat Tarhiib, (No. 2308), dan Silsilah ash- Shahiihah, No. 374)).



Sebab- Sebab Husnul Khatimah:



Sebab terbesar dari Husnul Khatimah adalah seseorang senantiasa Taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan Pokok Pangkal dari Ketaatan dan ketakwaan ini adalah meneguhkan Tauhid (Meng- Esa-kan Allah ‘Azza Wa Jalla) , berhati- hati dari melakukan segala sesuatu yang diharamkan – Nya, serta bersegera untuk bertaubat dari segala sesuatu yang menodai ketaatan dan ketakwaannya itu. Dan noda terbesar yang harus segera ditaubati adalah Syirik (Menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala), baik Syirik Besar, maupun Syirik Kecil.



Allah ‘Azza Wa Jalla Berfirman,



“Sungguh Allah tidak akan mengampuni Dosa Syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat Besar”. (QS. An- Nisaa’ :48).



Sebagian dari penyebab Husnul Khatimah (Akhir Kehidupan Yang Baik) adalah:

1. Senantiasa bersungguh-sungguh dan tidak bosan- bosan untuk berdo’a agar Allah Ta’ala mewafatkannya dalam Keimanan dan Ketakwaan.



2. Seseorang harus beramal dengan segenap kesungguhan dan Ketaatannya dalam rangka memperbaiki Zhahir dan bathinnya. Niat dan tujuannya harus dihadapkan untuk membuktikan dan membenarkan amal tersebut, karena Sunnatullah Yang Maha Mulia Subhanahu Wa Ta'ala telah berlaku, bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla akan memberikan Taufik kepada Setiap Pencari Kebenaran untuk menggapai Kebenaran Tersebut. Setelah kebenaran itu tergapai, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan meneguhkannya di jalan kebenaran tersebut, serta Dia akan mengakhiri hidup si hamba dalam keadaan akhir yang baik tersebut. Wallahu a’lam.

Sumber:

1. Bahagia Ataukah Sengsara Di Akhir Kehidupan. Hal. 54- 73 dan Hal. 34- 36. Syaikh Khalid bin ‘Abdurrahman asy- Syayi’ . Media Tarbiyah. Bogor.

2. Ahkaamul Janaa-iz (Tuntunan Pengurusan Jenazah & Ziarah Kubur). Hal. 79-96. Syaikh Muhammad Nashiruddin al- Albani. Ash- Shaf Media. Tegal. (Catatan: Pada Buku ini hanya disebutkan 18 Tanda Khusnul Khatimah, Tanpa ada No.19. Buku ini Insya Allah sangat Bermanfaat dengan keterangan lebih mendalam dan penjelasan yang Shahih).

Tidak ada komentar: