Rabu, 25 Mei 2011

Keduanya merupakan Harapan Tertinggi dan Anugerah Termulia.

Do'a Agar Dianugerahi Istiqomah

أللهم ا هد ني و سد د ني

“Allohummah-dinii Wa Saddidnii..”

‘Ya Alloh, Berikanlah petunjuk kepadaku, dan berilah taufiq kepadaku untuk tetap lurus (benar dalam segala hal),

Dalam riwayat lain:

أللهم إني أسأ لك الهد ي و السد ا د


“Allohumma Innii As-Alukal- Huda Was-Sadaada”


‘Ya Alloh, aku memohon kepada- Mu petunjuk dan taufiq agar tetap istiqomah’

Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengajarkan do’a ini secara langsung kepada ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallohu 'Anhu.

Syaikh ‘Abdurrazaq Hafizhahulloh mengatakan, “Do’a ini berisi permohonan Huda (petunjuk), dan Sadad (taufiq agar tetap lurus dalam segala hal) kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla. Keduanya merupakan harapan tertinggi dan anugerah termulia. Kesuksesan dan kebahagiaan tidak akan pernah terwujud kecuali dengan keduanya. Oleh karenanya, sangat penting untuk menganjurkan kaum muslimin agar mengamalkan do’a ini”.

Beliau hafizhahulloh juga mengatakan, “Ini adalah sebuah do’a yang agung. Kalimat- kalimatnya singkat, namun kandungan kebaikannya begitu agung. Dan umum (mencakup banyak hal). Ini termasuk dalam kategori Jawaami’ul Kalim (Kalimat singkat namun memiliki makna luas yang menjadi salah satu keistimewaan Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam)". (Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar, Volume 4. Hal. 164- 165).


Sumber: Do’a Agar Dianugerahi Istiqomah’. Majalah As- Sunnah. No. 09/ thn. XIV. Shafar 1432H/ Januari 2011. Hal. 2. ‘

Pada Sumber yang Lain disebutkan:

95. Do’a agar diberi Keteguhan Petunjuk yang Lurus:

أللهم ا هد ني و سد د ني - أللهم إني أسأ لك الهد ي و السد ا د


“Allohummah-dinii Wa Saddidnii.. Allohumma Innii As-Alukal- Huda Was-Sadaada”

‘Ya Alloh, berilah petunjuk kepadaku, dan luruskanlah diriku. Ya Alloh, Sesungguhnya aku memohon petunjuk dan kelurusan kepada- Mu”. (HR. Muslim, No. 2725).

Sumber: “Kumpulan Do’a dari Al- Qur’an dan as- Sunnah yang Shahih”, Hal. 212- 213. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka Imam asy- Syafi’i. Bogor.

13. Do’a Memohon Hidayah


أللهم ا هد ني و سد د ني واذ كر با لهد ي هد ا يتك ا لطريق وا لسداد سداد السهم

“Allohummah- Dinii Wa Saddidnii Wadzkur Bil Huda Hidaayatuka-Ththoriiqo Wa-Ssadaadi Sadaada-Ssahmi..”

‘Ya Alloh, berilah aku petunjuk dan tepatkanlah aku pada sasaran, karena dengan petunjuk itu aku akan menuju ke jalan yang lurus, dan dengan ketepatan itu anak panah akan mengenai sasarannya’. (Shahih, HR. Muslim, Abu Dawud, dan an- Nasa’I dari Shahabat ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallohu 'Anhu: Shahih Jami’ ash- Shaghir: 4401).

Sumber: “Dzikir & Do’a Shahih dari Shahih Adabul Mufrad- Jami’ush Shaghir”, Hal. 68- 69. Syaikh al- Albani Rahimahulloh. Media Hidayah. Yogyakarta.

Keutamaan Orang Yang Istiqomah.

Keutamaan orang yang bisa ber- Istiqomah sangatlah banyak sekali. Akan tetapi secara umum, keutamaan tersebut tercantum dalam tiga ayat berikut (yang artinya):

“Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (ber- Istiqomah), maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut, dan janganlah merasa Sedih”, dan Gembirakanlah mereka dengan Jannah yang telah dijanjikan Alloh kepadamu. Kamilah pelindung- pelindungmu dalam kehidupan Dunia dan Akhirat, Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Fushshilat [41]: 30- 32).

Ibnu Qayyim al- Jauziyyah Rahimahulloh berkata,

"...Oleh karena itu, agama (Islam) seluruhnya terkandung dalam Firman Alloh (yaitu ayat yang kita bahas ini):

فا ستقم كما أمر ت


Dan Firman- Nya (yang artinya):

“Sesungguhnya orang- orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (ber- Istiqomah), tidak ada ketakutan pada diri mereka, dan tidak pula mereka bersedih”. (QS. Al- Ahqaf: 13). (Lihat Thariq al- Hijratain Wa Bab as-Sa’aadatain, Hal. 73). Wallohu a’lam.

Sumber: “Keutamaan Orang Yang Beristiqomah” Oleh Ust. Abu Ahmad Said Yai. Rubrik Tafsir Majalah As- Sunnah: No. 09/ thn. XIV. Shafar 1432H/ Januari 2011, Hal. 9.

Semoga Alloh memberikan Taufiq dan Hidayah- Nya kepada kita semua. Aamiin.

Minggu, 08 Mei 2011

Bersikap Kepada Musuh & Keutamaan Ta'ziyah

Ibnu Qayyim al- Jauziyyah Rahimahulloh mengatakan, "Aku tidak mengetahui seorang yang memiliki sifat- sifat ini selain Ibnu Taimiyyah. Semoga Alloh menyucikan arwahnya”.

Salah seorang murid senior beliau pernah mengatakan,

“Aku berharap bisa bersikap dengan para shahabatku sebagaimana Ibnu Taimiyyah bersikap dengan musuh- musuhnya. Aku tidak pernah mengetahui Ibnu Taimiyyah mendo’akan kejelekan untuk seorangpun dari musuh- musuhnya. Sebaliknya, beliau sering mendo’akan kebaikan untuk mereka”.

"Suatu hari aku menemui beliau untuk menyampaikan kabar gembira berupa meninggalnya musuh terbesar beliau sekaligus orang yang paling memusuhi dan paling suka menyakiti beliau. Mendengar berita yang kusampaikan, beliau membentakku, menyalahkan sikapku, dan mengucapkan istirja’ (Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji’uun).



"Kemudian beliau bergegas pergi menuju rumah orang tersebut. Beliau lantas menghibur keluarga yang ditinggal mati. Bahkan beliau mengatakan, “Aku adalah pengganti beliau untuk kalian. Jika kalian memerlukan suatu bantuan pasti aku akan membantu kalian”, dan ucapan semisal itu. Akhirnya mereka pun bergembira, mendo’akan kebaikan untuk Ibnu Taimiyyah, dan sangat kagum dengan sikap Ibnu Taimiyyah tersebut. Semoga Alloh menyayangi dan meridhoi Ibnu Taimiyyah”. (Madarij as- Salikin Karya Ibnu Qayyim :2/ 328- 329, Tahqiq: Ahmad ‘Amir, terbitan Darul Hadits, Kairo, Cet. Pertama 1316H). Wallohu a'lam.

Sumber: “Sembilan Faedah Tentang Adab dan Akhlak”. Ust. Aris Munandar Hafizhahulloh. Majalah Al- Furqon. Hal 27. Edisi 10/ 10/ Jumadil Ula 1432H/ April 2011.

Note Tambahan:


Keutamaan Berta’ziyah


Berta’ziyah kepada saudara yang sedang tertimpa musibah dapat mendatangkan keutamaan yang sangat banyak, antara lain dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut ini:

1. Diberi pakaian kehormatan pada hari kiamat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah ada seorang mukmin yang berta’ziyah kepada saudaranya tatkala tertimpa suatu musibah, melainkan Allah azza wa jalla akan memberinya pakaian dari pakaian kemulian pada hari kiamat.

[HR.Ibnu Majah, no.1601 dan dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih Ibn Majah, no.1311, Irwa’ al Ghalil, no.764, ash Shahihah, no.195. Al-I’lam bi Akhiri Ahkam al-Albani al-Imam, hal.154 no.209]

2. Termasuk amalan yang utama


Ta’ziyah merupakan amalan yang utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya dalam sabda beliau:

“Amalan yang paling utama adalah menyenangkan orang mukmin, memberi pakaian dia untuk menutup auratnya, mengenyangkan kelaparannya atau memenuhi kebutuhannya.”

[Shahih Targhib wa Tarhib, no.2090, hadits hasan)

3. Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


Hal itu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah banyak melakukan ta’ziyah kepada orang yang sedang tertimpa musibah. Wallohu a'lam.

Sumber : Meraih Pahala Melimpah dengan Berta’ziyah. Oleh : Abu Ashim Muhtar Arifin Marzuqi, Lc. Majalah adz Dzakhiirah Vol.8 No.1, Edisi 55, Th.1430/2009, hal.46-51.

Lebih Lengkap mengenai Definisi, Hukum, Cara Ta'ziyah bisa dilihat di alamat berikut http://alqiyamah.wordpress.com/2009/11/17/meraih-pahala-melimpah-dengan-berta%E2%80%99ziyah/

Rabu, 04 Mei 2011

Ia merupakan do’a terbaik yang diucapkan oleh para Nabi

Keutamaan Laa Ilaaha Illallaah

Kalimat ini di samping memiliki beberapa keutamaan yang agung, ia juga memiliki kedudukan tersendiri di sisi Alloh Ta’ala. Barangsiapa mengucapkannya dengan jujur, maka Alloh akan memasukkannya ke dalam Surga, dan barangsiapa mengucapkannya dengan dusta, maka darah dan hartanya masih terjaga di dunia, akan tetapi kelak di akhirat hisabnya diserahkan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Kalimat ini memang pendek lafazhnya, sedikit hurufnya, dan ringan diucapkan. Namun memiliki bobot yang sangat berat di dalam timbangan keadilan. Imam Ibnu Hibban dan al- Hakim telah meriwayatkan dari Abu Sa’id al- Khudri Radhialloohu 'Anhu, bahwa Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Musa pernah berkata, “Wahai Tuhan-ku, ajarilah aku sesuatu yang dapat aku pakai untuk ingat dan berdo’a kepada- Mu”, Alloh berfirman, “Wahai Musa, ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaah”, Musa berkata, “Semua hamba- Mu mengucapkan kalimat ini”, Alloh berfirman, “Wahai Musa, seandainya tujuh (7) langit dan penghuninya selain Aku, dan tujuh (7) bumi diletakkan di salah satu daun timbangan dan Laa Ilaaha Illallaah lainnya, niscaya Laa ilaaha Illallaah lebih berat dari itu semua”. (HR. al- Hakim No. 1528, Ibnu Hibban No. 2324 dalam Mauridh Adh- Dam’an).

Hadits ini menunjukkan Laa Ilaaha Illallaah merupakan dzikir yang paling utama. Sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits dari ‘Abdulloh bin ‘Umar Radhialloohu 'Anhuma, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Sebaik- baik do’a adalah do’a di hari ‘Arafah, dan dia (adalah) sebaik- baik yang aku ucapkan, demikian pula para Nabi sebelumku, yaitu do’a LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR –Tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Alloh Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi- Nya, Milik- Nya kekuasaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas Segala Sesuatu” (HR. Ahmad dan at- Tirmidzi dalam Ad- Da’wat, No. 3579).

Di antara dalil yang juga menunjukkan Laa Ilaaha Illallaah memiliki bobot yang sangat besar di dalam timbangan keadilan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at- Tirmidzi, ia menghasankannya. An- Nasa’i dan al- Hakim, ia berkata hadits ini Shahih atas Syarat Imam Muslim. Dari Abdulloh bin ‘Amr Radhialloohu 'Anhu, Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Akan dipanggil seorang dari umatku di atas para pemuka makhluk pada hari Kiamat, kemudian dibentangkan baginya 900 Sijjiil (catatan amal), masing- masing sijjiil sepanjang pandangan mata, lalu dikatakan kepadanya, “Apa kamu mengingkari hal ini?” ia menjawab, “Tidak Wahai Tuhanku”. Ia ditanya, “Apa kamu punya alasan lain atau kebajikan?”, dengan rasa takut ia menjawab, “Tidak punya”, lalu ia diberitahu, “Sesungguhnya kamu memiliki kebajikan di sisi Kami dan kamu tidak akan didzalimi sedikitpun”, Kemudian dikeluarkan baginya sebuah Bithoqoh (kartu ucapan amal) yang di dalamnya tertulis Laa Ilaaha Illallaah. Maka ia berkata, “Wahai Tuhanku, apa maksud dari Bithoqoh dan Sijjiil ini?” Dikatakan kepadanya, “Engkau tidak akan didzalimi sedikitpun”, lalu Sijjil- sijjil itu diletakkan di salah satu daun timbangan, dan bithoqoh pada daun timbangan lainnya, tiba- tiba sijjil- sijjil itu menjadi ringan sedangkan bithoqoh malah bertambah berat”. (HR. at- Tirmidzi No. 2641 dalam Al- Iman, dan al- Hakim (I/ 5-6) dan selainnya).

Al- Hafizh Ibnu Rajab Rahimahulloh menyebutkan dalam risalahnya yang berjudul Kalimatul Ikhlas, bahwa kalimat yang agung ini memiliki banyak keutamaannya, beliau menyebutkan sebagiannya, dan memberi dalil bagi masing- masing keutamaannya, di antaranya:

1. Ia merupakan harga Surga

2. Barangsiapa mengucapkannya di akhir hayatnya, ia pasti masuk Surga

3. Ia menjadi penyelamat dari kekekalan Neraka

4. Ia menjadi sebab diampuninya seluruh dosa,

5. Ia merupakan kebajikan yang terbaik

6. Ia mampu memperbaharui Iman dalam hati,

7. Ia mampu mengalahkan lembaran- lembaran dosa

8. Ia mampu membuka tabir sampai berjumpa dengan Alloh Ta’ala bagi orang yang jujur mengucapkannya,

9. Ia merupakan do’a terbaik yang diucapkan oleh para Nabi,

10. Ia merupakan dzikir yang paling utama

11. Ia adalah amalan yang paling utama dan paling banyak pahalanya

yang menyamai pahala membebaskan beberapa budak,

12. Ia dapat menjaga dari syaithan

13. Ia menjadi pengaman kesengsaraan kubur dan kedahsyatan hari dikumpulkannya semua makhluk,

14. Ia menjadi syi’ar orang- orang mukmin tatkala dibangkitkan dari kubur

15. Ia menjadi kunci dibukanya delapan (8) pintu Surga hingga bisa masuk lewat pintu mana saja yang disukai,

16. Ia dapat mengeluarkan seseorang dari Siksa Neraka sekecill apapun amalnya.

(Kalimatul Ikhlaas, Ibnu Rajab al- Hanbali, Hal. 54- 56). Walloohu a'lam.


Sumber: ‘Hakekat Tauhid dan Makna Laa Ilaaha Illallaah”. Hal 107- 111. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al- Fauzan. Pustaka al- Haura’. Yogyakarta.