Jumat, 10 Februari 2012

Orang yang Menuntut Ilmu akan dido’akan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam mendo’akan orang- orang yang mendengar sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam bersabda,

“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun ia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang dengannya hati sorang muslim akan bersih (dari khianat, dengki, dan keburukan), yaitu melaksanakan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulil amri (penguasa), dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin, karena do’a mereka meliputi dari belakang mereka”. Beliau bersabda,

“Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri Akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunianya hanya menurut apa yang telah ditetapkan baginya”.

(Hadits Shahih, Diriwayatkan oleh Ahmad (V/ 183), ad- Darimi (I/ 75), Ibnu Hibban (no. 72, 73- Mawaarid), dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jaami’ Bayaanil ‘ilmi Wa Fadhlihi (I/ 175- 176, no. 184), lafazh ini milik Ahmad, dari ‘Abdurrahman bin Aban bin ‘Utsman dari bapaknya, dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu 'Anhum. Lihat al- ‘ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 70- 74) dan Silsilah al- Ahaadiits ash- Shahiihah (no. 404)).




Imam Ahmad dan Imam at- Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Shahabat Abu Kabsyah al- Anmari (wafat th. 13H) Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam bersabda,

“..Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang; (1) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturahmi, dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orag tersebut kedudukannya paling baik (di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, “Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan”. Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah). Dan (4) Seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak juga ilmu, ia berkata, “Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan si fulan (yang ketiga)”. Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam mendapatkan dosa”.

(Hadits Shahih, Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/ 230-231), at- Tirmidzi (no. 2325), Ibnu Majah (no. 4228). Al- Baihaqi (IV/ 189), al- Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XIV/ 289), dan ath- Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XXII/ 345-346, no. 868-870), dari Shahabat Abu Kabsyah al- Anmari Radhiyallahu 'Anhu)).


Sumber: 'Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga'. Hal. 40- 42. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka At- Taqwa. Bogor.

Tidak ada komentar: