Sabtu, 16 Oktober 2010

Memohon Karunia Kepada Alloh Ketika Mendengar Kokokan Ayam, dan Berlindung Kepada Alloh ketika Mendengar Ringkikan Keledai dan Lolongan Anjing

‎112. Memohon Karunia Kepada Alloh Ketika Mendengar Kokokan Ayam, dan Berlindung Kepada Alloh ketika Mendengar Ringkikan Keledai dan Lolongan Anjing, dan Larangan Thiyarah/ Tathoyyur.

Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Apabila engkau mendengar Ayam Jago berkokok (di waktu malam), mintalah Anugerah kepada Alloh, sesungguhnya ia melihat malaikat. Tetapi apabila engkau mendengar keledai meringkik (di waktu malam), mintalah perlindungan kepada Alloh dari gangguan syaithan, sesungguhnya ia melihat syaithan”.

HR. al- Bukhori No. 3303/ Fat-hul Baari VI/ 350, Muslim No. 2729. Tambahan yang terdapat dalam kurung (*di waktu malam. Red) diriwayatkan oleh al- Bukhori dalam al- Adabul Mufrad No. 1236, Lihat Shahiih al- Adabil Mufrad No. 938, dan Silsilah al- Ahaadiits ash- Shahiihah No. 3183, Diriwayatkan dari Abu Hurairoh Radhialloohu 'Anhu.

Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Jika kalian mendengar lolongan Anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, maka berlindunglah kepada Alloh darinya karena ia melihat apa yang tidak dapat kalian lihat”.

HR. Abu Dawud No. 5103, Ahmad III/ 306, 355-356, Shahiih al- Adabil Mufrad No. 937, Serta Ibnus Sunni No. 311 dalam ‘Amalul Yaum Wal Lailah’. Diriwayatkan dari jabir bin ‘Abdillah Radhialloohu 'Anhuma.





Larangan Thiyarah

Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin ‘Amr Radhialloohu 'Anhuma, ia berkata, ‘Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa mengurungkan niatnya karena Thiyarah, maka ia telah berbuat Syirik”. Para Shahabat bertanya, ‘Lalu apakah Tebusannya?’ Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab, ‘Hendaklah ia mengucapkan,

ALLOOHUMMA LAA KHOIRO ILAA KHOIRUKA WA LAA THOIRO ILLAA THOIRUKA WA LAA ILAAHA GHOIRUKA

‘Ya Alloh tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathoyyur) melainkan makhluk- Mu, dan tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau’”.

Shahiih, Diriwayatkan oleh Ahmad II/ 220, dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Ta’liq Musnad Ahmad No. 7045, dishahihkan juga oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al- Albani dalam Silsilah al- Ahaadiits ash- Shahiihah No. 1065.

Thiyaroh/ Tathoyyur adalah ANGGAPAN SIAL Kerena melihat /mendengar sesuatu. Pada asalnya tathoyyur itu adalah anggapan sial atau untung karena melihat burung tertentu, atau melihat kijang. Kaum Jahiliyyah adakalanya menangguhkan niat mereka karena melihat hal- hal tersebut, Lalu Syari’at melarang dan mengharamkannya.

Tathoyyur termasuk adat Jahiliyyah. Mereka biasanya berpatokan kepada burung- burung, jika mereka lihat burung itu terbang ke arah kanan, mereka bergembira, dan meneruskan niatnya. Jika burung itu terbang ke arah kiri, mereka angap membawa sial dan mereka menangguhkan niat. Bahkan sebagian mereka sengaja menerbangkan burung untuk meramal Nasib.

Syari’at yang hanif ini telah melarang segala bentuk Tathoyyur. Sebab Thair (burung) tidak memiliki keistimewaan apapun sehingga gerak- geriknya harus dijadikan sebagai petunjuk untung atau rugi, Dalam banyak hadits, Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam telah menegaskan berulang kali, “Tidak ada Thiyarah!”. Penegasan seperti ini juga dinukil dari sejumlah Shahabat Radhialloohu 'Anhum.


Bukti lain yang menguatkan riwayat yang menafikan adalah larangan Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam terhadap thiyarah dan Syu’m (kesialan) secara umum dan pujian beliau terhadap orang- orang yang menjauhinya, beliau Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Tujuh puluh ribu orang dari Umatku akan masuk Jannah tanpa hisab. Mereka adalah orang- orang yang tidak berobat dengan cara kay (*besi panas), tidak minta dirukyah, tdak bertathoyyur, dan hanya bertawakkal kepada Alloh semata”.

HR. al- Bukhori No. 6472 dari Ibnu ‘Abbas Radhialloohu 'Anhuma, diriwayatkan juga dengan lafadz yang panjang oleh al- Bukhori No. 5705, 5752, dan Muslim No. 220 dari Ibnu ‘Abbas Radhialloohu 'Anhuma.

DO’A AGAR MENDAPATKAN KEMUDAHAN KETIKA DI HISAB

‘ALLOOHUMMA HAASIBNI HISAABAN YASIIROO’

‘Ya Alloh, Hisablah diriku dengan Hisab yang Mudah’.

HR. Ahmad VI/ 48, dan al- Hakim I/ 255, dan dia mengatakan, “Bahwa hadits ini shahih dengan Syarat Muslim”. Dan disepakati oleh adz- Dzahabi. ‘Aisyah Radhialloohu 'Anha menceritakan bahwa ketika beliau berpaling, kukatakan, “Wahai Nabi Alloh, Apakah yang dimaksud dengan hisab yang ringan itu?” Beliau Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam menjawab,

“Yaitu Alloh melihat ke dalam kitabnya dan kemudian Dia melewatinya (memaafkannya) begitu saja, Sesungguhnya orang yang diminta pertanggungjawaban hisabnya, hai ‘Aisyah, maka dia akan binasa. Dan apa yang menimpa seorang mukmin, akan dihapuskan (dosanya) oleh Alloh Yang maha Perkasa lagi Maha Mulia darinya, bahkan sampai duri yang menusuknya sekalipun”.

Sumber: ‘Kumpulan Do’a dari Al-Qur’an dan As- Sunnah yang Shahih’. Hal. 238- 242, Hal. 187. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pustaka Imam asy- Syafi’i. Bogor.

1 komentar:

Mawool mengatakan...

akh, tau lafadz untuk memintanya seperti apa?
syukron