Kamis, 14 April 2011

Barangsiapa yang bersabar dengan kelelahan itu, maka ia akan mendapatkan kelezatan ilmu yang melebihi kelezatan dunia.

FAEDAH SEPUTAR LELAH.

(1) Ilmu Tidak Dicapai kecuali dengan Kelelahan.

Yahya bin Abi Katsir Rahimahulloh berkata,

“Ilmu itu tidak tercapai dengan bersantai- santai”. (al- Muzhir fii Ulumil Lughoh, II/ 303, karya asy- Syuyuthi).

“Sesungguhnya Alloh telah menjadikan suatu kebiasaan bahwa ilmu itu tidak dicapai melainkan dengan kesabaran dan kekelahan dalam mencarinya dalam safar- safar (perjalanan) yang jauh”. (al- Mi’yar al- Mu’rob, karya al- Wansyarisi, XI/ 221).

Az- Zarnuji mengungkapkan,

“Ketahuilah bahwa perjalanan untuk menuntut ilmu itu tidak terlepas dari kelelahan, karena menuntut ilmu itu adalah perkara yang agung, dan lebih utama daripada orang- orang yang berperang di medan perang menurut kebanyakan ulama. Sedangkan pahalanya sesuai dengan kelelahannya dan kecapekannya. Barangsiapa yang bersabar dengan kelelahan itu, maka ia akan mendapatkan kelesatan ilmu yang melebihi kelezatan dunia. Oleh karena itu, dahulu Muhammad bin Hasan apabila beliau bergadang pada malam hari, dan ada beberapa masalah rumit yang terselesaikan, beliau berkata, “Manakah anak- anak raja terhadap kelezatan ini?” (Ta’limul Muta’alim, Hal. 115).

(2) Kelelahan adalah sebab meraih maghfiroh (Ampunan) Alloh Ta’ala.


Rasululloh Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Tidaklah ada yang menimpa seorang Muslim yang berupa rasa lelah, rasa sakit, kegelisahan, kesedihan, gangguan, atau kegundahan, sampai duri yang menimpanya, melainkan Alloh menghapus sebagian dosa- dosanya disebabkan hal tersebut”. (HR. Bukhori. No. 5641, 5642, Muslim No. 2573).

Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin Rahimahulloh menjelaskan hadits ini bersama sebuah hadits lain yang senada dengan mengungkapkan:

“Dua hadits ini –yaitu hadits Abu Sa’id dan Abu Hurairoh bersama hadits Ibnu Mas’ud Radhialloohu 'Anhum- di dalamnya terdapat dalil bahwa manusia dihilangkan dosa- dosanya disebabkan oleh apa saja yang menimpanya, baik berupa kegelisahan, kelelahan, kesedihan, dan sebagainya. Ini adalah termasuk di antara nikmat Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala. Alloh menguji hamba- Nya dengan musibah- musibah, dan hal itu menjadi sebab terhapusnya kesalahan- kesalahannya, dan menghilangkan dosa- dosanya”. (Syarh Riyadhus Shaalihiin, jilid 1, hal. 243- 244, dalam sebuah Silsilah yang bernama Silsilah Muallafat Fadhilah Syaikh Muhammad bin Shalih al- ‘Utsaimin, No. 53, Madar al- Wathon, Riyadh, 1426H, lihat juga Syarahnya dalam Fat-hul Baari, Jilid 10, Hal. 106. Darul Ma’rifat, Beirut).

(3) Kenikmatan berada dalam Kelelahan

Imam Ibnul Qayyim al- Jauziyyah Rahimahulloh berkata,

“Orang yang paling merasa nyaman adalah orang yang paling lelah, karena kepemimpinan di dunia, dan kebahagiaan di akhirat itu tidak dapat dicapai melainkan harus melalui suatu ‘jembatan’ yang berupa kelelahan”. (Tuhfatul Maudud bi Ahkaamil Mauluud, Ibnul Qayyim al- Jauziyyah hal. 146).

(4) Dibolehkan memberitakan Kelelahan.


Dalam kisah perjalanan Nabi Musa ‘Alaihis Salaam dan Nabi Khidir ‘Alaihis Salaam, Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala berfirman,

“Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”. (QS. Al- Kahfi: 62).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as- Sa’di Rahimahulloh berkata tentang faedahnya,

“Diantaranya: bolehnya seseorang memberitahukan tentang apa yang merupakan kandungan tabiat jiwa seperti lelah, lapar, atau haus, apabila diungkapkan bukan sebagai bentuk kemarahan, sedangkan dia benar...” (Taisiir al- Kariimir Rahmaan, Hal. 483, Darus Sunnah Cet. 1, 1425H). Wallohu A’lam/

Sumber: ‘Faedah Seputar Lelah’. Ust. Muhtar Arifin Lc. Majalah Adz- Dzakhiirah al- Islamiyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib Surabaya. Hal. 68- 70. Rubrik Faedah. Vo. 9/no. 1 edisi 67. Februari 2011.

Tidak ada komentar: