Senin, 10 September 2012

TUMBUH DALAM ASUHAN IBUNDA [2]



TUMBUH DALAM ASUHAN IBU
2. Ibunda Rabi’ah (Guru al- Imam Malik Rahimahullah, wafat di Madinah pada 136H).
[oleh Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran [Secara Ringkas- Edt]

Seorang Ibu bagi putranya yang alim, fakih, banyak menghafal hadits dan fikih. Bagi seorang ibu seperti dia, nilai seorang anak yang shaleh dan berilmu lebih berharga daripada sejumlah besar harta. Di tengah kepergian suaminya, ibu yang sholehah ini membesarkan putranya seorang diri, hingga Allah ta’ala memberikan anugerah Indah, Putranya menjadi seorang imam besar ketika dewasa.

Kala Rabi’ah masih berada dalam rahim ibunya, sang ayah, Farrukh Abu ‘Abdirrahman, berpamitan hendak pergi ke Khurasan untuk berperang pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Farrukh menitipkan uang sebesar 30.000 dinar kepada ibu Rabi’ah. Setelah itu, berangkatlan Farrukh meninggalkan negerinya, Madinah, menuju negeri yang jauh.

27 Tahun kemudian, barulah Farrukh kembali ke Madinah. Dengan menunggang kuda dan menggenggam tombaknya, Farrukh menuju ke rumahnya. Di depan rumahnya, dia turun dari kudanya, dan mendorong daun pintu rumahnya dengan tombaknya untuk masuk.
Tiba- tiba muncul Rabi’ah yang saat itu telah dewasa, menghadang Farrukh.

Farrukh marah besar melihatnya, “Hai musuh Allah! Kamu berani- berani masuk ke rumahku!”

“Tidak!” jawab Rabi’ah tak kalah berang.

“Hai musuh Allah! Kamu ini laki- laki yang lancing masuk menemui istriku!” ujar Farrukh.

Pertengkaran ini pun berlanjut dengan adu fisik hingga mengundang perhatian tetangga, mereka pun berdatangan. Berita ini terdengar oleh al- Imam Malik dan para tokoh lainnya. Mereka pun segera datang untuk menolong Rabi’ah. Saat mereka datang, perseteruan masih berlangsung.

“Demi Allah! Aku tak akan melepaskanmu selain ke hadapan Sulthan!” kata Rabi’ah.

“Demi Allah! Aku juga tak akan melepaskanmu selain di hadapan Sulthan, sementara kamu ada bersama istriku!” balas Farrukh.

Keributan masih terus berlangsung. Ketika melihat al- Imam Malik, barulah mereka semua diam. Dalam suasana tenang, al- Imam Malik mengatakan kepada Farrukh, “Wahai Syaikh, anda bisa mencari tempat lain selain di rumah ini”.

“Tetapi ini rumahku! Aku ini Farrukh maula Bani Fulan!”

Ibu Rabi’ah mendengar ucapan itu dari dalam rumah, bergegas dia keluar, “Benar, dia Suamiku dan ini anakku yang dia tinggalkan saat masih dalam kandungan”. Jelas Ibu Rabi’ah.

Mendengar penjelasan itu, mereka berdua saling berpelukan sambil menangis haru. Lantas mereka masuk ke dalam rumah.

“Ini anakku?” ujar Farrukh.

“Ya” Jawab ibu Rabi’ah.

“Mana Harta yang dahulu aku titipkan kepadamu? Aku membawa 4,000 dinar lagi” Tanya Farrukh.

“Harta itu sudah ku kubur, Nanti beberapa hari lagi aku keluarkan! Jawab ibu Rabi’ah.

Setelah itu Rabi’ah pergi keluar menuju masjid Nabawi. Di sana dia duduk di Halaqah Ilmu. Al- Imam Malik Rahimahullah dan para tokoh Madinah datang di majelisnya pula.

Di Rumahnya, ibu Rabi’ah berkata kepada Suaminya, “Pergilah! Shalatlah di Masjid Nabi Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam!”

Farrukh pergi Sholat di Masjid Nabawi. Di sana ia melihat majelis yang didatangi banyak orang. Dia datang mendekat. Orang- orang pun memberikan tempat baginya.

Rabi’ah menundukkan kepalanya agar tak terlihat oleh ayahnya. Saat itu ia memakai kopyah. Farrukh sedikit ragu melihatnya, “Siapa orang itu?” tanyanya kepada orang- orang di sebelahnya.

“Itu Rabi’ah bin Abi ‘Abdirrahman!” Jawab mereka.

“Allah telah memuliakan anakku” gumam Farrukh.

Lalu dia segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Farrukh berkata, “Aku telah melihat anakmu dalam keadaan yang belum pernah ku lihat dari seorang ahli ilmu dan fikih seperti itu”.

“Nah, mana yang lebih kau sukai, uang 30,000 dinar atau anak yang mempuanyai kedudukan seperti itu? Tanya Ibu Rabi’ah.

“Demi Allah! Tentu saja aku lebih menyukai anak itu!” Jawab Farrukh dengan pasti.

“Sesungguhnya aku telah menghabiskan uang itu untuk keperluan anakmu itu” kata Ibu Rabi’ah.

Farrukh pun mengatakan, “Demi Allah, engkau tidak menyia- nyiakannya!” (Tahdzibul Kamal, Biografi Rabi’ah bin Abi ‘Abdirrahman).

Tidak ada komentar: