Senin, 10 September 2012

TUMBUH DALAM ASUHAN IBUNDA




TUMBUH DALAM ASUHAN IBU :
1. Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib Radhiyallahu 'Anha.
[oleh Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran [Secara Ringkas- Edt]

Ibu mempunyai peranan yang amat besar dalam perjalanan pembentukan pribadi anak. Karena itulah, Islam menganjurkan kepada para calon ayah untuk mencari istri- istri yang shalehah. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam bersabda,

“Utamakanlah wanita yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan celaka”. (HR. al-Bukhari no. 5090, dan Muslim no. 1466).

Ibu yang Shalehah ini adalah seorang wanita yang mengerti hak- hak Rabb- nya, hak- hak Suami, dan anak- anaknya. Dia memahami peran dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. Ibu yang shalehah inilah yang akan menjadi madrasah pertama bagi anak- anaknya. Dia akan menghiasi anak- anak dalam buaiannya dengan pembawaan dan akhlak yang mulia. Semua kebaikan pribadinya –dengan izin Allah ta’ala- akan membias dan memberikan pengaruh kepada anak- anaknya. Ia akan mengajarkan mereka Kitabullah, mengajak mereka berpegang dengan Sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam.

Banyak Ibu yang Shalehah di masa para Shahabat dan para Salafush Shalih terdahulu, dan berikut ini hanya kami bawakan sebagiannya saja,

1. Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib Radhiyallahu 'Anha.

Inilah ibunda hawari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam, Zubair ibnul Awwam Radhiyallahu 'Anhu, Salah seorang Shahabat yang dijanjikan Surga oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam.

(Ketika terjadi perang Khandaq menghadapi Yahudi bani Quraizhah, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam mengatakan pada para Shahabat, “Siapa yang bisa mencari berita bani Quraizhah?” Seketika itu az- Zubair Radhiyallahu 'Anhu menjawab, “Saya!” . Dia pun pergi menunggang kudanya, lalu beberapa lama kemudian datang membawa berita tentang keadaan bani Quraizhah. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam menawarkan hal yang sama untuk kedua kalinya, lagi- lagi az- Zubair menjawab, “Saya!” begitu pula yang ketiga kalinya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam pun mengatakan, Setiap Nabi memiliki hawari (Shahabat Setia), dan hawariku adalah az- Zubair”. (HR. al-Bukhari no. 3719, dan Muslim no. 2415)).

Az- Zubair dikenal sebagai sosok yang pemberani sejak kecil, pernah suatu ketika terdengar desas- desus bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam tertangkap oleh kaum musyrikin di dataran tinggi- Makkah. Desas- desus itu pun didengar oleh az- Zubair Radhiyallahu 'Anhu. Tanpa ragu az- Zubair yang saat itu masih berusia 12 tahun menghunus pedangnya, menuju tempat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam berada.

Orang- orang melihatnya dengan heran dan kagum, “Anak kecil menghunus pedang?” gumam mereka.

Di sana az- Zubair Radhiyallahu 'Anhu bertemu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam dalam keadaan tak kurang suatu apapun, justru beliau heran melihat az- Zubair tergopoh- gopoh sambil menghunus pedang, “Ada apa denganmu, wahai az- Zubair?”

“Aku mendengar engkau tertawan di dataran tinggi Makkah. Aku akan menebas orang yang menangkapmu dengan pedangku ini!” ujar az- Zubair.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi Wa Sallam merasa kagum dengan jawaban az- Zubair, lalu beliau mendo’akan az- Zubair dan pedangnya.

Sifat pemberani ini terus melekat dalam diri az- Zubair Radhiyallahu 'Anhu hingga ia dewasa. Lebih- lebih saat az- Zubair berhadapan dengan musuh dalam medan pertempuran. Sifat yang selalu ditanamkan sejak kecil oleh sang ibu, Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib Radhiyallahu 'Anha.

Terkadang, Shafiyyah tak segan memukul az- Zubair untuk mendidiknya. Orang- orang yang melihatnya pun berkomentar, “kamu bisa membunuh anakmu! Kamu bisa membinasakan anakmu!” Shafiyyah menjawab, “Aku memukulnya semata- mata agar ia merangkak dan menghela pasukan yang menuju medan perang”.

(Siyaar a’laamin Nubalaa’- Biografi az- Zubair Ibnul Awwam Radhiyallahu 'Anhu).

To Be Continued..

Tidak ada komentar: